Bisnis.com, JAKARTA – Badan usaha milik negara diharapkan dapat menjadi pionir dalam penerbitan sukuk korporasi mengingat permintaan investor terhadap instrumen investasi ini tinggi, sedangkan pasokannya terbatas sehingga kurang likuid di pasar sekunder.
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai penerbitan sukuk korporasi selama 6 bulan pertama tahun ini mencapai Rp1,65 triliun, naik sekitar 3 kali lipat dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun lalu senilai Rp550 miliar.
Beberapa penerbitan tersebut yakni oleh PT Adira Dinamika Multifinance yang menerbitkan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I tahap I senilai Rp379 miliar dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) melalui Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I tahap II senilai Rp125 miliar.
PT Bank Mualamat Indonesia Tbk juga menerbitkan Sukuk Subordinasi Mudharabah I Tahun 2012 tahap II senilai Rp700 miliar.
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) melakukan emisi Sukuk Ijarah I tahun 2013 senilai Rp300 miliar dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) juga menerbitkan Sukuk Ijarah berkelanjutan I tahun 2013 tahap I senilai Rp121 miliar.
I Made Adi Saputra, Analis Obligasi PT Nusantara Capital Securities, menuturkan pada dasarnya investor memiliki minat tinggi terhadap sukuk korporasi maupun pemerintah di pasar dalam negeri, tetapi jumlah penerbitannya masih terbatas.
“Permasalahannya lebih ke arah kurangnya supply dan variasi penerbitannya. Perusahaan penerbitnya itu-itu saja,” ungkanya, Senin (29/7/2013).
Dia menuturkan permasalahan yang dihadapi perusahaan yang ingin menerbitkan sukuk adalah peraturan yang lebih kompleks karena terdapat beberapa ketentuan tambahan dibandingkan dengan emisi obligasi korporasi konvensional.
Namun, lanjutnya, permasalahan ini sebenarnya dapat diantisipasi oleh BUMN mengingat perusahaan pelat merah banyak memilki aset riil yang dapat dijadikan sebagai underlying asset dalam penerbitan sukuk korporasi.
“BUMN seharusnya dapat menjadi pionir, seperti Jasa Marga, Citra Marga, dan beberapa perusahaan konstruksi dan infrastruktur lainnya,” katanya.
Menurut data OJK, sejak pertama kali diterbitkan pada 2002, nilai emisi sukuk korporasi hingga saat ini mencapai Rp11,39 triliun, dengan jumlah penerbit sebanyak 37 perusahaan hingga akhir Juni 2013.
PT Citra Marga Nusaphala Tbk (CMNP) berniat menerbitkan sukuk pada tahun ini. Namun, rencana tersebut gagal karena adanya penolakan dalam rapat umum pemegang saham perseroan yang digelar beberapa waktu lalu.
“Pemerintah sebenarnya bisa memulai dengan memasok sukuk negara lebih banyak dengan imbal hasil yang lebih atraktif,” ujarnya.
Menurut penelitian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) pada tahun lalu, sukuk korporasi memiliki potensi yang besar di Tanah Air, khususnya apabila ditawarkan secara ritel.
Suksesnya penerbitan sukuk negara ritel atau biasa dikenal dengan sebutan Sukri sudah memberikan bukti bahwa masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim juga berpotensi sebagai investor sukuk korporasi domestik.