Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan permintaan China terhadap alumunium menyebabkan harga sedikit terganggu, meski pasokan ekspor antara tahun lalu dan tahun ini tidak mengalami perubahan signifikan.
Direktur Utama PT Bintan Alumina Zulnahar Usman mengatakan meski ekspor alumunium saat ini masih berlangsung, tetapi pengaruh China sangat besar.
"Harga memang sedikit terganggu karena pengaruh internasional. Kalau China menurunkan permintaan otomatis akan terganggu," ujarnya di sela-sela pertemuan membahas smelter di Kantor Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Jakarta, Selasa (23/7/2013).
Cadangan pasokan perusahaan tambang bauksit tersebut saat ini berkisar 80 juta hingga 100 juta ton per tahun. Dia menambahkan, realisasi kapasitas ekspor per tahun Bintan sebesar 1 juta ton dari kapasitas 2 juta ton. "Dari realisasi 1 juta ton, kami bisa mengekspor separuhnya. Ini untuk mengurangi beban kerja," imbuhnya.
Mengenai pelarangan ekspor tahun depan, Zulnahar mangatakan tidak mempermasalahkan. Saat ini, Indonesia memerlukan pemurnian dan pengolahan alumunium. Meski harus menunggu untuk pembangunan smelter kurang lebih 2 tahun hingga 3 tahun, tetapi dia yakin kegunaan pabrik pengolahan akan berguna.
Ke depan, pengusaha meminta kebijakan pemerintah dalam mengendalikan pasokan agar harga bijih tambang tidak terlalu jatuh karena permintaan. Namun, pemerintah juga sebaiknya melihat kapasitas masing-masing perushaaan mineral yang memiliki pasokan sedikit.
"Renegosiasikan dengan proposional dan sesuai cadangan yang ada," tuturnya.
Perkembangan smelter dari Bintan Alumina saat ini mempersiapkan pembangunan pertama yang diperkirakan pada Oktober tahun ini, sehingga dermaga diperkirakan akan selesai pada 2014. Untuk menunjang pelabihan itu, perusahaan tersebut juga masih dalam tahap mengajukan izin ke Kementerian Perhubungan untuk izin kapasitas dermaga.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ekspor alumina hanya mengalami penurunan sebesar 0,1% pada periode yang sama dari Januari hingga Mei. Tahun lalu ekspor aluminium berada pada kisaran 19,70 juta ton. Ekspor hanya mengalami peningkatan 19,73 juta ton di periode yang sama.
Pemerintah masih bertahan pada penghentian ekspor pada 2014 untuk seluruh bijih tambang. Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Dede Ida Suhendra mengatakan tahun ini pengusaha memang masih bisa mengekspor raw material hingga 20%. “Namun, 2014 besok harus mengikuti Permen No.7/2012 dan Permen No.11/2012,” katanya