Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Mentah Capai Level Tertinggi US$108,04/Barel, Terangkat The Fed

Bisnis.com, JAKARTA—Harga minyak mentah New York melonjak ke level tertinggi selama 16 bulan terakhir pada Jumat (19/7/2013), setelah berita ekonomi positif Amerika Serikat menaikkan ekspektasi permintaan kuat di ekonomi terbesar dunia itu.

Bisnis.com, JAKARTA—Harga minyak mentah New York melonjak ke level tertinggi selama 16 bulan terakhir pada Jumat (19/7/2013), setelah berita ekonomi positif Amerika Serikat menaikkan ekspektasi permintaan kuat di ekonomi terbesar dunia itu.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, melonjak US$1,56 ke level US$108,04 per barel, yang merupakan penutupan tertinggi sejak 1 Maret 2012.

 

Sementara itu, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan September ditutup sembilan sen lebih tinggi pada US$108,70 per barel di perdagangan London.

Penurunan lebih tajam dari perkiraan akibat klaim pengangguran AS dan kenaikan besar tak terduga dalam aktivitas manufaktur daerah membantu mendorong harga minyak lebih tinggi.

Selain itu, jaminan Ketua Federal Reserve Ben Bernanke akan mempertahankan kebijakan uang longgarnya untuk beberapa waktu mendatang dalam hari kedua kesaksiannya di Kongres, juga mendukung sentimen pasar, kata analis.

“Minyak mentah AS telah bergerak kembali ke tingkat yang terakhir ditemui pada Maret 2012, karena para investor membeli komoditas hitam di tengah tanda-tanda bahwa ekonomi AS sedang membangun sebuah kekuatan,” ujar Chris Beauchamp, analis pasar di perusahaan perdagangan IG.

Para analis mengatakan harga minyak akan tetap didukung oleh tanda-tanda permintaan kuat di Amerika Serikat, sebagai konsumen minyak mentah utama dunia, serta kekhawatiran gangguan pasokan di Timur Tengah yang disebabkan oleh gejolak politik di Mesir.

“Tingginya permintaan di AS dan berlanjutnya krisis di Mesir cenderung mempertahankan harga tinggi dalam waktu dekat,” kata Sanjeev Gupta, Kepala Praktek Minyak dan Gas Asia Pasifik di perusahaan konsultan EY, yang sebelumnya Ernst and Young.

Penurunan besar dalam stok minyak mentah AS untuk tiga pekan berturut-turut, menunjukkan pengetatan persediaan dan laporan Rabu, terus mendukung harga WTI.

Dalam perdagangan sepanjang hari, kontrak WTI sempat mencapai level US$108,43 per barel, kurang dari US$1 di bawah harga Brent. Sejak 16 Agustus 2010, kontrak WTI belum pernah ditutup di atas Brent.

“Perbedaan antara Brent dan WTI menyempit menjadi kurang dari satu dolar karena para investor terus merevisi naik harapan mereka tentang permintaan di Amerika Utara,” kata Fawad Razaqzada, analis teknis di pedagang GFT Markets.

Menurut Andy Lipow dari Lipow Oil Associates, WTI telah dihubungkan kembali ke pasar minyak dunia melalui perubahan saluran pipa logistik dan meningkatnya permintaan kilang.

“WTI telah undervalued karena ada kemacetan logistik yang menghambat pengiriman minyak sampai ke sektor-sektor penyulingan di Gold Coast, yang berarti bahwa alternatif untuk saluran pipa adalah kereta api, yang jauh lebih mahal.” (Antara/AFP)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nurbaiti
Editor : Nurbaiti
Sumber : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper