PENJUALAN selama 1 tahun yang berakhir Maret 2013 diketahui mencapai US$633,35 juta, turun 5,7% dari capaian periode sama tahun sebelumnya US$671,71 juta. Sementara itu, laba bersihnya mencapai US$63,78 juta, turun 11,7% dari US$72,23 juta.
Dari total penjualan tersebut, sebanyak US$404 juta atau mayoritas pendapatan masih berasal dari penjualan alat berat, menyusul penjualan suku cadang sekitar US$131 juta, serta terakhir dari jasa pemeliharaan dan perbaikan sekitar US$97 juta.
Sebelum menganalisis lebih jauh, ada baiknya kita tengok dahulu sekilas sepak terjang perseroan. Hexindo emulai beroperasi secara komersial pada Januari 1989, dan kini berkantor di kawasan industri Pulogadung, Jakarta Timur.
Seperti distributor alat berat lainnya, kegiatan usaha utama Hexindo adalah perdagangan dan penyewaan alat berat, serta pelayanan purna jual. Saat ini, Hexindo bertindak sebagai distributor alat-alat berat jenis tertentu dan suku cadang dari merek Hitachi, John Deere, dan Krupp.
Hal itu wajar mengingat Hitachi Ltd (Jepang), adalah induk akhir perseroan, sedangkan Hitachi Construction Machinery Co. Ltd. adalah induk usaha perseroan. Kini, Hexindo memiliki 21 cabang, lima subcabang, empat kantor perwakilan, dan 14 kantor proyek di seluruh Indonesia.
Apabila dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya di bursa, Hexindo relatif konservatif menjalankan roda bisnisnya tahun ini. Tidak ada rencana mendistribusikan merek-merek alat berat baru, serta tidak ada rencana perubahan strategi.
Seperti diketahui, meski banyak pihak memprediksikan industri alat berat tahun ini masih lemah, namun hal itu tidak membuat distributor alat berat kehilangan gairahnya untuk membangkitkan appetite pasar dengan memperkenalkan produk-produk baru.
PT Kobexindo Tractors Tbk (KOBX) misalnya. Perseroan baru-baru ini telah menggandeng perusahaan Polandia, Dressta Co. Ltd. Kobexindo menjadi distributor eksklusif Dressta untuk penjualan buldozer serta suku cadang pendukung dan layanan purna jual di Indonesia.
Distributor alat berat lainnya, yakni PT United Tractors Tbk (UNTR) sudah sukses meluncurkan produk Komatsu Hydraulic Excavator PC200-8 New Generation, yang diklaim bisa menghemat bahan bakar hingga 16% dibandingkan dengan PC200-8 generasi sebelumnya.
Bahkan, United Tractors berencana meluncurkan dua produk alat berat baru pada semester II/2013, yaitu Komatsu HM400 dan Komatsu PC550.
SENGKETA THIESS-BUMI
Kembali ke kinerja, riset PT Mandiri Sekuritas yang dirilis 2 Juli 2013 menuliskan laba bersih Hexindo yang mencapai US$63,78 juta adalah masih dalam ekspektasi Mandiri Sekuritas, namun sedikit di atas konsensus (105%).
Analis Mandiri Sekuritas Hariyanto Wijaya dan Rizky Hidayat, gross margin perseroan turun signifikan selama kuartal IV akibat pemberian diskon yang signifikan pada alat berat Hitachi untuk kelas medium dan besar, sebagai akibat dari persaingan yang kian ketat.
“Di sisi lain, beban umum dan administrasi berhasil ditekan pada kuartal IV, sehingga dapat memperbaiki margin operasi,” tulis mereka dalam risetnya yang dirilis Kamis (4/7).
Riset itu berpendapat meski pendapatan kuartal IV naik 36,7% secara kuartalan, tetapi laba kotornya hanya tumbuh 4,6%.
Ketatnya persaingan di industri alat berat menekan margin kotor penjualan HEXA dari 12,3% pada kuartal III menjadi hanya 8,3% pada kuartal IV.
“Lemahnya CPO dan harga batu bara membuat permintaan alat berat dari sektor perkebunan dan pertambangan juga ikut melemah. Hal ini akan memperpanjang persaingan sengit yang sedang terjadi di industri alat berat,” tulis riset tersebut.
Di sisi lain, Mandiri Sekuritas juga mencatat Hexindo akan terkena dampak dari konflik yang terjadi antara PT Arutmin Indonesia, anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dengan kontraktornya, PT Thiess Contractors Indonesia, anak usaha Leighton Holdings.
Seperti diketahui, Thiess telah menghentikan kegiatan pertambangan di tambang Satui dan Senakin, Kalimantan Selatan, sejak akhir April 2013, menyusul sengketa (dispute) yang belum terselesaikan dengan Arutmin. Thiess memutuskan untuk menghentikan sementara kegiatan operasinya tersebut karena menurut Leighton, Arutmin kurang bayar.
Kegiatan operasi akan dilanjutkan jika sudah ada penyelesaian yang memuaskan di antara kedua belah pihak. Sebaliknya, Bumi mengelak tuduhan itu.
“Akibat dispute ini, workshop Hexindo di Satui dan Senakin sebagai pendukung eksklusif untuk Thiess juga disetop sementara. Hal ini akan berdampak pada bisnis purna jual Hexindo, termasuk penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan sejak kuartal I,” tulis riset tersebut.
Atas dasar itu semua, Mandiri Sekuritas memberikan rekomendasi jual saham HEXA dengan target harga Rp4.000 per saham. Adapun pada perdagangan pada Jumat (5/7), saham HEXA ditutup di Rp4.750 per saham, membentuk kapitalisasi pasar Rp3,99 triliun.