BISNIS.COM, JAKARTA—PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melalui anak usahanya, PT Arutmin Indonesia, mengklaim telah membayar kontrak PT Thiess Contractors Indonesia, anak usaha Leighton Holdings, dan akan terus memenuhi kewajibannya itu sesuai kontrak.
Hal itu tertuang dalam keterangan resmi yang ditulis oleh Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava seperti dikutip Bisnis, Kamis (6/6/2013).
“Alih-alih mematuhi mekanisme penyelesaian sengketa seperti yang tertuang dalam kontrak, Thiess malah secara sepihak menghentikan sementara kegiatannya. Arutmin sangat kecewa dengan tindakan Thiess ini, mengingat kerja sama di antara kami sebenarnya sudah terjalin cukup lama yaitu selama 12 tahun,” tulis Dileep, Kamis (6/6/2013).
Dileep menambahkan untuk sengketa-sengketa yang pernah terjadi sebelumnya, kedua belah pihak bisa menyelesaikannya dengan baik tanpa berujung pada tindakan penghentian operasi sementara (suspended) seperti ini.
Menurutnya, Arutmin saat ini memproduksi batu bara sebanyak 2 juta ton per bulan, meski produksi di tambang Senakin dan Satui telah dihentikan oleh Thiess sejak 26 April 2013.
“BUMI mengkonfirmasi bahwa tidak ada perubahan target penjualan batu bara tahun ini sebanyak 74 ton, naik 8,8% dari tahun lalu 68 juta ton. Kami juga berusaha penuhi target itu dari tambang lain, termasuk milik KPC [PT Kaltim Prima Coal],” ujar Dileep.
Sebelumnya pada 31 Mei 2013, Leighton Holdings dalam keterangan resminya mengakui bahwa memang ada sengketa (dispute) antara anak usahanya, PT Thiess Contractors Indonesia dan pemilik tambang Senakin dan Satui di Kalimantan Selatan, yaitu PT Arutmin Indonesia. Arutmin dimiliki oleh Bumi Resources 70% dan Tata Steel 30%.
“Meski demikian, sengketa ini diperkirakan tidak memiliki dampak material terhadap kinerja perusahaan,” tulis manajemen Leighton.
Thiess memutuskan untuk menghentikan sementara operasinya di Senakin dan Satui pada 26 April 2013, karena menurut Leighton, Arutmin kurang bayar (underclaim).
“Kegiatan operasi di Senakin dan Satui akan dilanjutkan jika sudah ada penyelesaian yang memuaskan di antara kedua belah pihak,” tulis manajemen.
Adapun bisnis jasa pertambangan batu bara Leighton di Indonesia berkontribusi sekitar 5,5% terhadap total pendapatan perusahaan pada tahun lalu.
Sementara, pekerjaan di tambang Senakin dan Satui berkontribusi sekitar 1,5% terhadap total pendapatan perusahaan di 2012. (ra)