BISNIS.COM, JAKARTA—Sunity Online Entertainment Ltd, perusahaan game online yang berbasis di China, melakukan road show ke Jakarta menjelang IPO (Initial Public Offering) di NASDAQ pada 30 September mendatang.
NASDAQ atau National Association of Securities Dealers Automated Quotations, adalah bursa saham terbesar di Amerika Serikat. Perusahaan-perusahaan yang listing di NASDAQ harus memenuhi standar yang tinggi, terutama terkait tata kelola perusahaan.
Sunity akan melepas 1,6 juta saham dengan harga penawaran US$5 per saham, sehingga dana yang akan diperoleh dari IPO adalah US$8 juta. Perseroan telah menunjuk Rodman & Renshaw LLC sebagai underwriter.
Doddy Eka Putra, Direktur Sunity Online Entertainment Ltd untuk Indonesia mengatakan pernyataan efektif untuk IPO sebenarnya sudah didapatkan sejak 2010, tetapi listing baru bisa dilakukan tahun ini.
“Betul, rencana IPO memang sejak 2010. Kami juga sudah dapat kode sahamnya, yaitu SUNG. Tapi waktu 2010 itu kondisi ekonomi dunia lagi ngga bagus. Kedua, waktu itu banyak institusi finance di Amerika yang menurunkan saham-sahamnya perusahaan China. Jadi, IPO-nya ditunda,” ujarnya kepada Bisnis di sela-sela acara roadshow di Jakarta, Rabu (19/6/2013).
Road show di Jakarta ini adalah roadshow keempat yang dilakukan Sunity, setelah sebelumnya melakukan roadshow di Hongkong serta di Shenyang dan Cheng Du, China. Jakarta dipilih karena dianggap masuk dalam kategori kota terbesar di Asia Tenggara.
“Road show di Jakarta ini untuk menyampaikan kepada publik dan investor Indonesia yang telah berperan menjadi investor awal melalui CdV partners, mengenai rencana listing Sunity di NASDAQ pada September ini,” ujarnya.
Dana hasil IPO ini akan digunakan untuk ekspansi game online di pasar global. Menurut Doddy, industri seperti ini di China sudah sangat jenuh, sehingga perseroan memilih ekspansi ke luar China. Bahkan, perseroan bercita-cita mengembangkan sayap hingga ke seluruh Asia, Amerika Selatan, hingga benua Afrika.
“Persaingan bisnis game online di China ini ketat sekali. Jadi kami akan ekspansi katakanlah membentuk semacam supermarket game di beberapa negara lain, termasuk di Indonesia,” ujarnya.
Sayangnya, ia enggan merinci berapa besar investasi khusus untuk ekspansi di Indonesia serta bagaimana detail rencananya.
Berdasarkan catatan Bisnis, sama seperti perusahaan game online lainnya, Sunity lahir sebagai bisnis kreatif yang kekurangan modal. Dibesarkan oleh angel investor, kapitalisasi pasar Sunity kini telah mencapai US$25 juta dan ditargetkan tembus lebih dari US$100 juta setelah IPO.
Menariknya, sebelum Sunity benar-benar IPO, sudah sejak dua tahun lalu perusahaan ini telah 'diasuh' oleh para angel investor, termasuk dari Indonesia. Melalui CdV partners, sekitar 200 orang investor ritel dari Indonesia turut 'membeli saham alias menanamkan modalnya' untuk Sunity.
Doddy, yang juga merupakan Founder dan CEO dari PT Angel Capital Education Center Indonesia (ACEC) menjelaskan pihaknya merupakan anggota dari CdV partners. Melalui CdV inilah para investor membeli saham Sunity.
“Kami member dari CdV partners, investor langsung membeli saham Sunity dari CdV. CdV itu adalah perusahaan modal ventura. Keuntungannya bagi investor, dulu mereka membeli saham Sunity dengan harga diskon [di bawah US$5 per saham], sehingga saat IPO nanti mereka bisa mendapatkan gain yang cukup besar,” jelasnya.