BISNIS.COM, JAKARTA-Operator telekomunikasi PT Smartfren Telecom Tbk mengestimasi 1.500 menara pemancar baru yang menguras dana sekitar Rp1,5 triliun akan beroperasi pada Agustus. Ekspansi ditargetkan mendorong raihan laba sebelum pajak menjadi positif pada semester II/2013.
Emiten berkode saham FREN ini berekspansi secara agresif dengan menambah sekitar 1.500 base transceiver station (BTS) pada 2013, dari semula berjumlah 4425 BTS menjadi sekitar 6.000 BTS. Belanja modal dianggarkan mencapai US$150 juta untuk pengembangan usaha tersebut.
Presiden Direktur Smartfren Rodolfo P. Panjota menyampaikan belanja modal yang sudah digunakan sampai lima bulan pertama tahun ini sebesar US$80 juta, sedangkan sisanya masih dalam pembangunan.
“BTS yang terealisasi sudah terpasang separuh, sisanya sedang proses dibangun. Perkiraannya Juli atau Agustus kemungkinan sudah onair,” katanya, Kamis(13/6/2013).
Menara pemancar tambahan sebagian besar masih berlokasi di Pulau Jawa dan kota-kota besar di Sumatera. Selain itu, perseroan juga gencar berekspansi dengan meluncurkan tujuh varian perangkat atau handset.
Kedua bentuk perkembangan usaha tersebut diharapkan mampu mengangkat jumlah pelanggan sebanyak 4 juta pelanggan, dari semula 11 juta pada akhir 2012 menjadi 15 juta pelanggan sampai akhir tahun ini.
Dalam materi paparan publik, Smartfren baru mencapai penambahan sebanyak 800.000 pelanggan pada kuartal pertama tahun ini.
Direktur Keuangan Smartfren Antony Susilo mengatakan upaya pengembangan usaha diharapkan bisa mendorong perseroan mencapai EBITDA positif pada semester kedua 2013 dengan kenaikan omzet 60% pada akhir tahun atau sekitar Rp.2,56 triliun.
Seperti diketahui, perseroan membukukan pendapatan 2012 senilai Rp1,6 triliun, atau naik 67% dari raihan periode yang sama tahun sebelumnya Rp956 miliar. Sementara itu, pada tiga bulan pertama tahun ini Smartfren mencatatkan omzet Rp557 miliar atau tumbuh 78% dari kuartal I/2012 sebesar Rp312 miliar.
Sejak beberapa tahun terakhir, perseroan mengantongi kerugian bersih dengan EBITDA yang negatif sampai saat ini.
Adapun, anggaran belanja modal tahun ini diperoleh dari pinjaman perbankan dan suntikan dana dari pemegang saham. Pasalnya, perseroan belum membukukan keuntungan sejak beberapa tahun terakhir.
Sebagai catatan, perseroan telah mendapat fasilitas pinjaman dari China Development Bank senilai US$350 juta pada Juni 2011, kemudian bertambah lagi US$50 juta pada Maret 2013. First Anglo Financial Pte Ltd juga memberi pinjaman senilai US$90 juta pada April tahun ini.
“Tahun lalu perseroan telah menggunakan pinjaman sebesar US$260 juta untuk belanja modal, sisanya akan digunakan untuk tahun ini,” lanjutnya.