Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BURSA ASIA: Harga Saham Menguat Setelah Terpuruk 6 Bulan

BISNIS.COM, JAKARTA—Saham-saham Asia menguat setelah terpuruk sejak 6 bulan hingga Selasa malam atau Rabu hari ini (4/6/2013), menyusul laporan mengenai data manufaktur AS yang kurang menggembirakan, meredakan kekhawatiran atas program stimulus

BISNIS.COM, JAKARTA—Saham-saham Asia menguat setelah terpuruk sejak 6 bulan hingga Selasa malam atau Rabu hari ini (4/6/2013), menyusul laporan mengenai data manufaktur AS yang kurang menggembirakan, meredakan kekhawatiran atas program stimulus bank sentral AS.
Saham AS naik, tetapi dolar melemah dan harga obligasi pemerintah mengalami fluktuasi pada Senin setelah data dari Lembaga Manajemen Suplai (ISM) menunjukkan kontraksi di luar perkiraan pada sektor manufaktur AS selama Mei. Posisi itu menunjukkan terjadinya penurunan untuk pertama kalinya dalam 6 bulan.
Laporan ISM tersebut disertai data manufaktur yang kurang menggembirakan dari China dan Eropa. Kondisi itu menunjukkan ekonomi dunia yang tengah terpukul membutuhkan dukungan bank sentral.
Harga rata-rata saham Nikkei Jepang dibuka melemah 0,6% setelah turun 3,7% atau posisi terendah dalam 6 minggu pada Senin (3/6/2013).
Menanggapi penurunan tersebut, PM Jepang Shinzo Abe akan meluncurkan strategi pertumbuhan tahap ketiga dari apa yang dikenal dengan "Abenomics" yang diduga termasuk perubahan aturan pemerintah soal dana pensiun publik guna mendorong lebih banyak investasi dalam bentuk saham dan aset.
Yuji Saito, direktur nilai tukar pada  Credit Agricole di Tokyo, mengatakan tahap ketiga strategi pertumbuhan Abe akan mendorong peningkatan perdagangan. Menurutnya, perubahan dalam investasi pensiun telah dibahas terkait Abenomics, tetapi untuk mendapatkan informasi resmi dari pemerintah merupakan hal lain. Pasalnya, hal itu akan memicu para manajer dana yang aktif untuk mulai melakukan pembelian meski implementasi aktual dari perubahan dana pensiun akan segera berlaku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor :
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper