BISNIS.COM, JAKARTA—Minyak mentah WTI anjlok lagi pada hari ketiga, satu penurunan terlama dalam 4 minggu, sementara negara anggota OPEC meningkatkan prouduksi ke level tertinggi dalam 5 bulan.
Nilai perdagangan berjangka WTI turun hingga 0,9% di pasar New York, sedangkan minyak mentah Brent yang diperdagangkan di London juga turun hingga hari kedua.
Sejumlah negara pengekspor minyak (OPEC) memproduksi 30,46 juta barel per hari bulan lalu atau naik dari produksi sebesar 30,18 juta barel per hari pada Maret, menurut sekretariat OPEC pada 10 Mei. Produksi itu dilaporkan sebagai angka paling tinggi sejak November tahun lalu.
Arab Saudi, negara pengekspor terbesar, menyambut baik tambahan pasok dari negara produsen lainnya yang diharapkan akan membantu menstabilkan harga, menurut Menteri Perminyakan Ali Al-Naimi.
“Minyak mentah pada level ini cukup mahal,” ujar Jonathan Barratt, seorang eksekutif pada Barratt’s Bulletin, sebuah buletin komoditi di Sydney. Dia menambahkan semua itu merupakan persoalan pasok dan bila dilihat dari tingkat pasok di seluruh dunia maka tidak akan ada jaminan bagi WTI untuk berada pada level tersebut, ujarnya. Dia memprediksi investor akan membeli minyak mentah New York sekitar US$92,50 per barel.
Minyak mentah WTI untuk pengiriman Juni turun hingga 90 sen menjadi US$95,14 per barel dalam perdagangan elketronik di bursa New York Mercantile Exchange dan pada posisi US$95,23 pada pukul 12:35 waktu setempat di Sydney. Volume semua kontrak yang diperdagangkan mencapai 4,2% di atas rerata 100 hari. Sementara itu perdagangan berjangka anjlok sebesar 35 sen menjadi US$96,04 pada 10 Mei lalu.