Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EMITEN MIGAS: Exploitasi Energi Masih Butuh Rp1,6 Triliun

BISNIS.COM, JAKARTA—Meski sudah mendapatkan dana segar hasil rights issue sebesar Rp2,3 triliun, PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk (CNKO) masih membutuhkan dana Rp1,6 triliun untuk mendukung pengembangan usaha tahun ini.

BISNIS.COM, JAKARTA—Meski sudah mendapatkan dana segar hasil rights issue sebesar Rp2,3 triliun, PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk (CNKO) masih membutuhkan dana Rp1,6 triliun untuk mendukung pengembangan usaha tahun ini.

Presiden Direktur Exploitasi Energi Henry Halomoan Sitanggang mengatakan kebutuhan dana Rp1,6 triliun itu akan menjadi belanja modal (capex) perseroan tahun ini. Adapun dana rights issue sudah digunakan untuk mengakuisisi PT Energi Batubara Indonesia.

“Sumbernya nanti kombinasi, internal dan eksternal. Saat ini kami masih melakukan penjajakan dengan beberapa bank baik lokal mau pun asing,” ujarnya ketika ditemui di acara paparan publik di kantornya, Selasa (7/5/2013).

Direktur Keuangan Exploitasi Energi Danar Wihandoyo menambahkan tahun ini akan menjadi tahun investasi bagi perseroan. Belanja modal akan digunakan untuk mendukung proyek pembangkit listrik, perluasan infrastruktur, pengadaan 7 set tug dan barges, serta mendukung fasilitas dan peralatan di konsesi batu bara.

Saat ini perseroan sedang membangun dua PLTU yang berlokasi di Rengat dan Tembilahan, Riau dengan kapasitas masing-masing 2x7 MW. Keduanya diharapkan beroperasi kuartal III tahun depan. “Semua yang kami kerjakan nanti hasilnya baru akan kelihatan di 2014, full year-nya di 2015,” ujar Danar.

Awal tahun ini, perseroan berhasil melakukan konsolidasi terhadap PT Energi Batubara Indonesia, yang memiliki lima anak usaha dan dua cucu usaha yang bergerak di bidang pertambangan, perdagangan, dan jasa-jasa pendukungnya. Aset-asetnya tersebar di Banjarmasin, Kalsel dan Palangkaraya, Kalteng.

 

Kelima anak usaha itu adalah PT Dwi Guna Laksana (DGL) yang bergerak di perdagangan batu bara, PT Korporindo Guna Bara (KGB) yang mengoperasikan terminal batu bara, PT Trans Lintas Segara (TLS) yang bergerak di pelayaran, serta PT Sekti Rahayu Indah (SRI) dan PT Abe Jaya Perkasa (ABE) yang masing-masing mengelola tambang batu bara.

 

Sedangkan, dua cucu usahanya adalah PT Usaha Kawan Bersama (UKB) yang bergerak di bidang perdagangan dan PT Truba Dewata Guna Prasada yang bergerak di bongkar muat barang.

 

“Konsolidasi ini memberikan benefit apa? Benefit-nya adalah kami mendapatkan 50% value yang lebih banyak terhadap EBITDA perseroan,” tambah Danar.

 

Pada kuartal I/2013,  laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) perseroan naik menjadi Rp65 miliar, dari rata-rata Rp43 miliar per kuartal selama 2012. Selain itu, pendapatan kuartal I/2013 jadi Rp510,79 miliar, naik 3,9% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp491,36 miliar.

 

“Setelah konsolidasi, reserve batu bara kami yang tadinya hanya 18 juta ton kini menjadi 204 juta ton,” tambah Danar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor :
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper