BISNIS.COM, JAKARTA—Emiten batu bara PT Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK) berencana ekspansi ke hilir dengan membangun pabrik pengolahan batu bara menjadi alkohol sintetis (etanol) dengan nilai investasi mencapai €450 juta.
Sekretaris Perusahaan Perdana Karya Herry Priambodo mengatakan batu baranya nanti akan berasal dari PT Indo Wana Bara Mining Coal yang segera akan diakuisisi oleh perseroan, namun masih membutuhkan persetujuan RUPS Luar Biasa.
Sedianya, RUPS Luar Biasa digelar hari ini, Jumat (22/3/2013), namun kembali diundur untuk kali kedelapan menjadi hari Kamis (28/3) mendatang karena pimpinan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang tidak berada di tempat.
Padahal, semua dokumen untuk menggelar penawaran umum terbatas (PUT) I demi mendapatkan dana Rp5,06 triliun untuk mengakuisisi Indo Wana sudah lengkap.
“Yang kami mau fokus adalah kami mau mengembangkan batu bara yang nanti akan diproses gasifikasi menjadi alkohol sintetis. Nilai investasinya kami perkirakan 450 juta EURO dan kami sudah mendapat dana dari bank asal Jerman,” ujarnya ketika ditemui di Hotel Grand Sahid Jaya, Jumat (22/3).
Herry mengatakan studi kelayakan saat ini sedang dikerjakan oleh ProCone GmbH, perusahaan asal Swiss. Perseroan nanti akan menggandeng LanzaTech sehingga akan ada peralihan teknologi. Masa konstruksi diperkirakan 1,5 tahun.
“Studi kelayakan masih dalam proses, termasuk nanti dia [ProCone GmbH] yang menentukan lokasi pabrik kami, apakah di Bontang atau Balikpapan. Targetnya pada 2015 sudah beroperasi komersial menghasilkan 250.000 ton per bulan,” ujarnya.
Untung Haryono, Direktur Perdana Karya menambahkan jika perseroan hanya mengandalkan bisnis penjualan batu bara saja, maka akan sangat riskan.
“Kalau cuma sebatas tambang, riskan karena tergantung dengan harga dan kebijakan pemerintah yang masih belum jelas untuk ekspor batu bara. Makanya kami mau melangkah dari hulu ke hilir,” tambahnya.
Herry menjelaskan pabrik yang akan dibangun nanti sejenis dengan yang akan dibangun oleh PT Pertamina (Persero) yang bekerjasama dengan Celanese Corporation. Seperti diketahui, Pertamina dan Celanese berencana membangun empat pabrik etanol dari pengolahan batu bara dengan nilai investasi sekitar US$6—US$8 miliar pada 2020.
“Tadinya dulu dengan Pertamina dan Celanese itu kami ingin masuk juga. Cuma, kami jadi jual batu bara doang, kami ngga mau karena jadi tidak ada alih teknologi,” ujar Herry.
Adapun, hasil produksi dari pabrik pengolahan batu bara perseroan rencananya dijual ke Pertamina. Herry berharap dengan demikian, bisa mengurangi impor BBM yang selama ini dilakukan Pertamina.
Di sisi lain, Indo Wana sendiri saat ini sudah memiliki kontrak ekspor batu bara ke PLN-nya Korea Selatan selama 10 tahun dan ke PLN-nya Vietnam selama 30 tahun dengan total kontrak hingga 170 juta ton. Total sumberdaya Indo Wana diketahui sebesar 447,8 juta ton.
Indo Wana memegang IUP Operasi Produksi tanggal 25 Oktober 2010 yang diterbitkan oleh Bupati Kutai Barat. Lokasi tambangnya berada di Kabupaten Kutai Barat, Kaltim seluas 5.000 hektar untuk jangka waktu 20 tahun.