Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen Hawkish The Fed, Ini Proyeksi Rupiah Pekan Depan

Mata uang rupiah diperkirakan masih bergerak stabil pada pekan depan meskipun ekspektasi pengerekan suku bunga Federal Reserve pada Juni 2017 hampir mencapai 100%.
Uang rupiah/JIBI-Abdullah Azzam
Uang rupiah/JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA--Mata uang rupiah diperkirakan masih bergerak stabil pada pekan depan meskipun ekspektasi pengerekan suku bunga Federal Reserve pada Juni 2017 hampir mencapai 100%.

Pada penutupan perdagangan Jumat (5/5/2017) mata uang Garuda melesu 2 poin atau 0,02% menjadi Rp13.330 per dolar AS setelah diperdagangkan pada kisaran Rp13.354 – Rp13.322 per dolar AS. Kurs tengah dipatok Rp13.339 per dolar AS.

Dalam sepekan, rupiah merosot tipis sebesar 1 poin. Sepanjang tahun berjalan, harga masih menguat 1,06%.

Andri Hardianto, analis PT Asia Trade Point Futures, menyampaikan pada pekan depan rupiah akan mendapatkan tekanan dari meningkatnya probabilitas pengerekan suku bunga AS dalam Federal Open Market Committee (FOMC) Juni 2017.

Berdasarkan data Bloomberg, pada Jumat (5/5) probabilitas pengerekan suku bunga dalam Federal Open Market Committee (FOMC) Juni 2017 semakin mencapai 97,5%.

Ekspektasi ini melambung akibat FOMC pada Rabu (3/5) memutuskan mempertahankan suku bunga di level 0,75%-1% dan membaiknya data ekonomi Amerika Serikat.

Sejumlah data dan agenda penting AS yang ditunggu pasar pada Jumat (5/5/2017) waktu setempat atau Sabtu (6/5/2017) WIB, yakni data pertumbuhan pengangguran bulanan, pertumbuhan upah tenaga kerja nonpertanian atau Non Farm Payroll (NFP), dan rerata pendapatan per jam.

Pertumbuhan pengangguran pada April 2017 turun menjadi 4,4% dari bulan sebelumnya sebesar 4,5%. Sementara rerata upah per jam naik menjadi 0,3% dari 0,1% pada Maret 2017.

Adapun data NFP periode April 2017, yang menjadi salah satu patokan The Fed dalam menaikkan suku bunga, meningkat menjadi 211.000 pekerja dari bulan sebelumnya 79.000 pekerja.

"Rupiah masih akan bergerak stabil pekan depan meskipun ada tekanan sikap optimistis The Fed terhadap ekonomi AS dan kenaikan suku bunga pada FOMC Juni 2017," tuturnya saat dihubungi, Minggu (7/5/2017).

Kendati The Fed cenderung hawkish dan data ekonomi AS positif, indeks dolar merosot turun 0,149 atau 0,15% menuju 98,648 pada penutupan perdagangan pekan kemarin. Ini merupakan level terendah sejak 9 November 2016, atau saat Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS periode 2016-2020.

Menurut Andri, hal ini terjadi karena dominasi aksi profit taking. Di sisi lain, pasar menanti hasil pemilihan umum presiden Prancis tahap kedua pada Minggu (7/5/2017).

Sementara dari sisi internal, sambungnya, pasar merespons positif kinerja produk domestik bruto (PDB) kuartal I/2017 yang tumbuh 5,01% secara year on year (yoy) dari 4,94% pada kuartal IV/2016. Angka inflasi juga terkendali di kisaran 4%.

Selain itu, masih besarnya dana asing yang masuk ke dalam instrumen pasar keuangan turut menjaga mata uang domestik. Dia memprediksi rupiah pada sepekan ke depan akan bergerak di dalam rentang Rp13.270-Rp13.400 per dolar AS.

"Meskipun stabil, rupiah dapat bergerak fluktuatif mengingat tren harga komoditas di pasar global yang sedang menurun. Secara umum rupiah masih cukup kuat," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper