Bisnis.com, JAKARTA--Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) anjlok ke level terendah baru sepanjang 2017 akibat bertumbuhnya pasokan Amerika Serikat. Sentimen tersebut mengalahkan faktor pemangkasan produksi OPEC.
Pada Jumat (5/5/2017) pukul 14:52 WIB, harga minyak WTI kontrak Juni 2017 turun 0,42 poin atau 0,92% menuju US$45,10 per barel. Ini merupakan level terendah sejak 15 November 2016.
Pada Rabu (3/5/2017) waktu setempat, U.S. Energy Information Administration (EIA) melansir data stok minyak AS dalam sepekan yang berakhir Jumat (28/4) turun 930.000 barel menjadi 527,78 juta barel. Kendati merosot, angka ini masih jauh dari estimasi American Petroleum Institute (API) yang memprediksi stok bakal anjlok 4,2 juta barel.
Sementara tingkat produksi minyak AS naik 28.000 barel per hari (bph) menuju 9,29 juta barel per hari (bph), yang menjadi level tertinggi sejak Agustus 2015. Angka ini juga menunjukkan volume produksi bertumbuh 12 pekan berturut-turut, atau peningkatan terpanjang sejak 2012.
Selain itu, persediaan bensin sepekan juga meningkat 200.000 barel. Sentimen ini mengindikasikan berkurangnya permintaan dari Paman Sam.
Ric Spooner, chief market analyst CMC Markets di Sydney, mengatakan pasar kecewa karena volume suplai dan persediaan global masih sangat tinggi. Pemangkasan produksi OPEC juga belum berdampak signifikan.
Sebelumnya, OPEC dan negara-negara produsen minyak mentah lainnya berjanji memangkas suplai baru sekitar 1,8 juta bph menjadi 32,5 juta bph pada semester I/2017. Tujuannya adalah mengangkat harga minyak yang mengalami tren menurun pada dua tahun belakangan.
Bahkan organisasi membuka kemungkinan memperpanjang masa pemangkasan suplai hingga paruh kedua 2017. Rencananya, kesepakatan perpanjangan itu akan diputuskan dalam rapat para menteri negara anggota OPEC pada 25 Mei 2017 di Wina, Austria.
"Pasar minyak masih jauh dari situasi seimbang. Ada kemungkinan minyak bisa bergerak lebih rendah menuju US$40 per barel," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (5/5/2017).
Sementara itu, Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM, mengatakan harga minyak mentah WTI merosot tajam sepanjang pekan ini karena peningkatan produksi di Libya dan Kanada. Masalah kepatuhan pemangkasan produksi OPEC juga menjadi pertanyaan pasar.
"Turunnya kepatuhan terhadap kesepakatan produksi OPEC membuat aksi jual membayangi harga komoditas minyak," tuturnya dalam publikasi riset, Kamis (4/5/2017).
Seperti diketahui, OPEC dan negara-negara produsen minyak mentah lainnya untuk mengurangi produksi pada semester I/2017 sekitar 1,8 juta barel per hari (bph). Namun, pemangkasan suplai belum pernah mencapai 100%.
Menurut Lukman, hal ini mengindikasikan pasar minyak global masih terganggu masalah surplus suplai. Pelaku usaha juga semakin pesimis upaya OPEC mampu menstabilkan pasar emas hitam yang telah jenuh.
Dari sudut pandang teknikal, sambung Lukman, harga WTI bearish dalam rentang harian. Bila terjadi break down di bawah US$47,50 per barel maka akan membuka jalan menuju US$44 per barel.