Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DOLAR AS: Tunggu Lanjutan Agenda Ekonomi Trump, Indeks Merah

Indeks dolar Amerika Serikat melemah pada perdagangan pagi ini, Senin (27/3/2017). Indeks dolar AS pada pk. 06.48 WIB, melemah 0,33% ke level 99,299.
Indeks dolar AS melemah./.Bloomberg
Indeks dolar AS melemah./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA- Indeks dolar Amerika Serikat melemah pada perdagangan pagi ini, Senin (27/3/2017).

Indeks dolar AS pada pk. 06.48 WIB, melemah 0,33% ke level 99,299.

Indeks dolar kembali melemah di saat pasar cemas keberlanjutan stimulus fiskal yang dijanjikan Presiden AS Donald Trump, setelah tidak terealisasinya pemungutan sura atas RUU Kesehatan pengganti Obamacare.

Setelah tidak bisa berlanjutnya RUU Kesehatan saat ini, pasar menyoroti potensi terealisasinya janji pemotongan pajak AS dan peningkatan belanja infrastruktur.

"Ada persepsi kegagalan meloloskan aturan kesehatan, (pasar menanyakan) entah bagaimana details sisa agenda Trump lainnya," kata Tom Porcelli, Kepala Ekonom RBC Capital Markets seperti dikutip Reuters, Senin (27/3/2017).

GAGAL VOTING

Seperti diketahui Presiden Amerika Serikat Donald Trump berpeluang mengalami kemunduran politik setelah rancangan undang-undang (RUU) kesehatannya ditarik, jelang dilaksanakannya jajak pendapat di Kongres AS pada Jumat (24/3/2016) waktu setempat.

Ketua DPR dari Partai Republik Paul Ryan dan Trump memutuskan menarik RUU tersebut lantaran keduanya tak yakin akan meraih 216 dukungan suara dari anggota Kongres AS.

Pasalnya, penolakan akan RUU Kesehatan baru pengganti Obamacare tersebut mendapat penolakan dari faksi konservatif di Partai Republik, yang menjadi pengusung Trump dalam pilpres lalu. Adapun, penolakan yang lebih jelas telah disuarakan oleh anggota Kongres AS dari partai Demokrat.

Menanggapi hal ini, Trump justru menyalahkan Partai Demokrat. Meskipun penolakan sebenarnya juga datang dari Partai Republik, yang merupakan penguasa kursi di DPR AS sekaligus partai pengusungnya.

“Kami belajar banyak tentang loyalitas. Kami juga belajar banyak tentang proses penilaian untuk meloloskan kebijakan,” kata Trump, seperti dikutip dari Reuters (25/3/2017).

Sementara itu dalam keterangan resminya, Ryan mengaku sangat kecewa dengan kegagalan RUU Kesehatan mendapatkan persetujuan di Kongres AS.

Dia menyebutkan, masyarakat AS harus menanggung kerugian karena harus menggunakan udang-udang kesehatan buatan Barack Obama yakni Obamacare, yang dianggap penuh kekurangan.

“Saya tak dapat menutupi kekecewaan kami. Betapa sulitnya melakukan hal-hal besar di negara ini. Akhirnya masyarakat harus mengadopsi Obamacare, karena Obamacare adalah undang-undang,” kata Ryan.

Kegagalan Trump dalam meloloskan RUU Kesehatan yang diusulkannya itu dinilai merupakan indikasi pertama kemunduran politik Trump di AS. Pasalnya, RUU itu adalah usulan eksekutif pertama yang diberikan kepada legislatif sejak dia dilantik pada 20 Januari lalu.

Kepala Senat AS dari Partai Demokrat Chuck Summer mengatakan, fenomena tersebut adalah bentuk kekuatan partainya di AS. Dia menilai, kegagalan Trump mewujudkan salah satu janji politiknya pada masa kampanye tersebut, berpeluang menular ke janji-janjinya yang lain.

“Ini semakin menegaskan dua indikasi besar yang telah mengemuka sejak dia menjabat sebagai presiden, yakni inkompetensi sebagi presiden dan gagalnya dia mewujudkan janji-janji politiknya,” kata Summer.

Byron Wien, Wakil Kepala Blackstone Advisory Patners mengatakan, kegagalan pada RUU Kesehatan berpeluang menular ke rencana perpajakan dan perdagangan AS yang akan diusung Trump.

Akibatnya, koreksi pasar saham akan terjadi dalam waktu dekat, dan menimbulkan keraguan pada laju pertumbuhan ekonomi Paman Sam tahun ini.

 

Laju indeks dolar AS

 

27 Maret

(pk. 06.48 WIB)

 

99,299

(-0,33%)

24 Maret

99,627

(-0,13%)

23 Maret

99,760

(+0,08%)

 

 

 

 

 

Sumber: Bloomberg, 2017

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper