Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produsen Mulai Pangkas Produksi, Harga Minyak Memanas

Harga minyak memanas ke level tertinggi dalam 18 bulan terakhir seiring dengan pemangkasan produksi oleh Kuwait dan Oman.
Harga minyak naik/Ilustrasi
Harga minyak naik/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA--Harga minyak memanas ke level tertinggi dalam 18 bulan terakhir seiring dengan pemangkasan produksi oleh Kuwait dan Oman. Faktor ini mengisyaratkan realisasi pemotongan suplai antara OEPC dan negara produsen lainnya.

Pada perdagangan Selasa (3/1/2017) pukul 18:56 WIB harga minyak WTI kontrak Februari 2017 berada di posisi US$54,92 per barel, naik 1,2 poin atau 2,23%. Sementara minyak Brent kontrak Februari 2017 bertengger di US$58,06 per barel, meningkat 1,24 poin atau 2,18%.

Ric Spooner, chief market analyst CMC Markets, mengatakan kelanjutan realisasi dari kesepakatan pemangkasan produksi memberikan dampak positif bagi pasar.

Pada awal 2017, Kuwait sebagai salah satu anggota OPEC memotong produksi sebesar 130.000 barel menjadi 2,75 juta barel per hari. Sementar Oman memangkas 45.000 barel menuju 1,01 juta barel per hari.

"Pasar masih menunggu kelanjutan pemangkasan produksi dalam beberapa bulan mendatang," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (3/1/2017).

Spooner menyebutkan, data manufaktur China yang menunjukkan peningkatan juga membantu mendorong harga minyak. Data manufaktur Caixin Purchasing Managers Index (PMI) China periode Desember 2016 mencapai 51,9, tertinggi sejak Januari 2013 sekaligus naik dari November sebesar 50,9.

Indeks di atas 50 menandakan adanya ekspansi di sektor industri. Adapun data PMI versi pemerintah menunjukkan penurunan tipis dari 51,7 pada November menjadi 51,4 pada Desember.

Goldman Sachs Group Inc., melalui risetnya memaparkan, dalam rapat OPEC di Wina, Austria, pada 30 November, organisasi memutuskan pemangkasan produksi sebesar 1,2 juta barel per hari menjadi 32,5 juta barel per hari mulai awal 2017. Pasar menyambut baik rencana ini sehingga melejitkan harga.

Arab Saudi memotong sekitar 486.000 barel per hari sebagai upaya mengakhiri surplus pasar. Pada Oktober 2016, pentolan OPEC itu menghasilkan 10,63 juta barel per hari.

Selanjutnya pada 10 Desember, anggota OPEC dan negara produsen minyak non anggota mencapai kesepakatan menahan suplai untuk pertama kalinya sejak 2001. Pengurangan produksi ini bertujuan mengendalikan kelebihan pasokan di pasar sekaligus menstabilkan harga minyak.

Para produsen non OPEC sepakat memangkas suplai baru hingga 558.000 barel per hari, termasuk Rusia sebesar 300.000 barel per hari. Sebelumnya, OPEC menginginkan agar negara non anggota bisa memotong hingga 600.000 barel per hari.

Penandatanganan kesepakatan setelah proses perdebatan hampir setahun antara OPEC dan negara non anggota seperti Rusia berhasil mengerek harga. Kini, pasar akan berfokus kepada kepatuhan terhadap perjanjian tersebut.

"Kami percaya tindakan OPEC dan non OPEC memangkas produksi diperlukan untuk mendukung kenaikan harga minyak secara berkelanjutan," papar Goldman.

Goldman mengestimasi bila kesepakatan terealisasi, maka harga minyak WTI mencapai US$55 per barel pada semester I/2017. Sebetulnya, harga bisa saja menembus level US$60 per barel. Namun, masih ada proyeksi tingginya harga dapat menggodan negara produsen untuk kembali memacu suplai, khususnya Amerika Serikat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper