Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi sosial-politik dalam negeri yang dikhawatirkan mengganggu stabilitas ekonomi menjadi sorotan investor asing.
Kondisi ini sudah direspons pelaku pasar yang tercermin lewat pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup dengan koreksi 1,53% ke level 7.830,49 pada perdagangan Jumat (29/8/2025).
Reza Priyambada, Direktur Reliance Sekuritas Indonesia, mengatakan kondisi di dalam negeri saat ini membuat investor asing cenderung melakukan aksi jual untuk menghindari kerugian yang semakin dalam.
"Saham-saham big caps yang sebelumnya menguat jadi sasaran aksi jual, antara lain DCII, BMRI, ITMG, BREN, BBCA, dan lainnya," kata Reza kepada Bisnis, Sabtu (30/8/2025).
Pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (29/8/2025), saham dari emiten milik Otto Toto Sugiri, PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) merosot 0,71% ke Rp340.475 per saham. Saham milik orang terkaya ke-5 di Indonesia ini mencatatkan net sell asing sebesar Rp34,3 juta.
Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) ambles 0,84% ke Rp4,730. Nilai saham yang dilepas asing sebesar Rp423 miliar, sedangkan yang diborong asing hanya Rp254 miliar. BMRI mencatat net sell asing sebesar Rp169 miliar.
Saham dari emiten batu bara, PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) melorot 1,34% ke Rp22.125. Harga yang turun ini sejalan dengan nilai saham sebesar Rp20,6 miliar yang dijual asing, membuatnya mencatatkan net sell asing sebesar Rp10,1 miliar.
Tak cuma di sektor energi fosil, PT Barito Renewable Energy Tbk. (BREN) yang bisnisnya bergerak di bidang energi baru terbarukan (EBT) bahkan merosot 2,96% ke Rp9.025.
Meski begitu, penurunan ini lebih disebabkan oleh aksi jual investor domestik yang nilainya mencapai Rp380 miliar. Sebaliknya, saham yang diborong investor asing nilainya mencapai Rp157 miliar, dan yang dijual asing sebesar Rp88,1 miliar. BREN mencatatkan net buy asing Rp69,4 miliar.
Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang menjadi magnet utama emiten Grup Djarum menarik dana asing, terkoreksi 3% ke Rp8.075. Bila dilihat dari valuasi transaksi berdasarkan domisili, penurunan ini tergeret oleh aksi jual investor asing. Sebaliknya, pembelian investor domestik menahan penurunan lebih dalam.
Pada perdagangan Jumat (29/8/2025) tersebut, nilai saham yang dibeli investor domestik sebesar Rp1,58 triliun, dan sebanyak Rp463 miliar dijual. Sementara itu, nilai saham yang dijual asing sebesar Rp1,81 triliun, dan hanya Rp691 miliar yang dibeli asing. Alhasil, BBCA menorehkan net sell asing sebesar Rp1,12 triliun.
Reza melanjutkan, pelaku pasar saat ini melihat apakah gelombang demonstrasi yang terjadi dalam sepekan terakhir akan menuju tindakan anarkis dan mengganggu kestabilan kehidupan ekonomi politik atau tidak. Jika hal tersebut terjadi, dia menilai pelaku pasar akan stay away dari market sampai kondisi yang ada bisa lebih aman.
Reza bilang, berapa lama pasar akan menjauh dari market ini yang tidak bisa diprediksi. Dan pergerakan market pada hari Jumat lalu memperlihatkan bahwa pelaku pasar cenderung melakukan aksi jual karena melihat adanya kondisi yang kurang kondusif.
Menurutnya kondisi politik seperti ini memukul rata semua sektoral. Menilik statistik Bursa Efek Indonesia (BEI), 10 dari 11 sektor saham memang mengalami koreksi. Sektor industri menjadi satu-satunya yang tetap naik, meski hanya 0,73%.
Dengan demikian, Reza menilai pergerakan IHSG ke depan akan tergantung bagaimana pasar melihat perkembangan situasi ekonomi dan politik saat ini.
"Diperkirakan IHSG cenderung sideways dengan kisaran support 7.750-7.785, resisten 7.870-7.852. Pelaku pasar masih cenderung wait and see, terutama melihat kondisi di dalam negeri," pungkasnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.