Tantangan dari Inflasi Medis
Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Utama mengatakan inflasi medis memang menjadi tantangan utama bagi emiten farmasi.
"Untuk farmasi, misalnya INAF dan beberapa BUMN farmasi lain, kenaikan harga bahan baku obat yang mayoritas masih impor menjadi tantangan besar. Kenaikan ini sulit sepenuhnya ditransfer ke konsumen karena keterbatasan daya beli, sehingga margin laba tergerus," katanya kepada Bisnis, Selasa (19/8/2025).
Dalam beberapa tahun, industri kesehatan sedang diguncang inflasi medis. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahkan mencatat inflasi medis di Indonesia lebih tinggi dibanding inflasi medis secara global.
Kepala Eksekutif Pengawasan Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono mengatakan inflasi medis di Indonesia pada 2024 mencapai 10,1%, sedangkan secara global hanya 6,5%.
Bahkan, inflasi medis Indonesia tahun ini ditaksir meningkat menjadi 13,6%. Mengacu laporan BPOM, kata Ogi, salah satu penyebab tingginya inflasi medis ini adalah kondisi di mana 90% bahan baku obat (BBO) industri farmasi Tanah Air masih bersumber dari impor.
"Jadi kalau ada gejolak di global, ada nilai tukar dan sebagainya, maka bahan baku naik, harga obat pun naik. Itu impor terbesar itu dari China, dari India dari Amerika Serikat dan dari Belanda," ungkap Ogi dalam Rapat Kerja di DPR, Senin (30/6/2025).