Beban Harga Mahal Bahan Baku
Pada periode semester I/2023, bahan baku yang digunakan memang turun 11,23% menjadi Rp50,55 miliar. Namun, porsinya semakin menggerogoti pos beban pokok penjualan dengan persentase menjadi 14,43%.
Hingga semester I/2024, porsi bahan baku semakin memberatkan beban pokok penjualan perusahaan. Meskipun secara nominal turun 54,41% YoY menjadi Rp23,04 miliar, angka ini berkontribusi atas 21,26% dari total pos beban pokok penjualan.
Pada periode ini, beban pokok penjualan juga terpangkas 69,06% YoY menjadi Rp108,38 miliar. Penurunannya hampir setara dengan penjualan bersih yang turun 69,85% YoY menjadi Rp109,72 miliar. Alhasil, laba bruto terpangkas 90,20% YoY menjadi Rp1,33 miliar, sedangkan rugi bersih sedikit mengecil ke posisi Rp101,94 miliar.
Berdasarkan kondisi keuangan terbaru, dalam semester I/2025 INAF memangkas rugi bersih perusahaan menjadi Rp43,55 miliar. Menilik kinerja top line, sebenarnya penjualan bersih terpangkas 38,91% YoY menjadi Rp67,03 miliar. Sedangkan, beban penjualan sebenarnya tidak turun signifikan, yakni 28,97% YoY menjadi Rp76,99 miliar. Bahkan, perseroan menorehkan rugi bruto Rp9,69 miliar.
Pemangkasan rugi bersih tersebut lebih disebabkan oleh perampingan perusahaan. Tercatat, beban penjualan turun dari Rp29,91 miliar menjadi Rp5,87 miliar. Dari komponen ini, pos yang paling besar dipangkas adalah gaji dan jaminan sosial yang turun dari Rp24,66 miliar menjadi Rp5,32 miliar.
Namun yang menarik, pada semester I/2025 ini bahan baku yang digunakan perseroan meningkat 30,37% menjadi Rp30,04 miliar. Hal ini menambah kontribusi pos bahan baku menjadi 39,03% dari total beban pokok penjualan.