Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arah Wall Street Pekan Ini: Investor Cermati Laporan Keuangan dan Potensi Tarif Baru

Bursa saham AS berpotensi menguat pekan ini, didorong laporan laba teknologi dan AI, meski ada kekhawatiran tarif baru.
Informasi pasar saham di Nasdaq MarketSite di New York, AS, Senin, 5 Agustus 2024. Aksi jual pasar global semakin dalam karena kekhawatiran terhadap resesi ekonomi AS semakin meningkat./Bloomberg-Michael Nagle
Informasi pasar saham di Nasdaq MarketSite di New York, AS, Senin, 5 Agustus 2024. Aksi jual pasar global semakin dalam karena kekhawatiran terhadap resesi ekonomi AS semakin meningkat./Bloomberg-Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA — Wall Street diperkirakan masih berpeluang menguat pekan ini, didukung laporan laba emiten teknologi dan AI, meskipun sentimen pasar dibayangi kekhawatiran tarif baru dan potensi volatilitas musiman.

Melansir Reuters pada Senin (4/8/2025), hingga Kamis pekan lalu, sebanyak 297 perusahaan dalam indeks S&P 500 telah melaporkan kinerjanya. Berdasarkan data LSEG, pertumbuhan laba kuartal II secara tahunan kini diperkirakan mencapai 9,8%, naik signifikan dari proyeksi awal sebesar 5,8% pada 1 Juli.

Pada pekan ini, investor akan mencermati laporan keuangan sejumlah emiten besar anggota Dow Jones Industrial Average seperti Disney, McDonald’s, dan Caterpillar untuk mengukur kekuatan ekonomi secara lebih luas. Jika hasilnya kuat, indeks Dow yang saat ini diperdagangkan mendekati rekor tertingginya pada Desember, berpeluang mencetak rekor baru.

Sekitar 81% perusahaan telah mencatatkan laba di atas ekspektasi analis, lebih tinggi dari rata-rata empat kuartal sebelumnya yang sebesar 76%.

“Musim laporan keuangan kali ini jelas lebih baik dari perkiraan,” ujar Art Hogan, Kepala Strategi Pasar di B. Riley Wealth, Boston.

Kinerja kuat emiten memberikan napas segar bagi investor setelah kuartal sebelumnya dibayangi sentimen negatif akibat ancaman tarif dan kekhawatiran melambatnya pertumbuhan ekonomi.

Tim Ghriskey, Senior Portfolio Strategist di Ingalls & Snyder, New York menyebut, hasil kuartal I/2025 cukup variatif dan ada sejumlah data ekonomi yang meragukan, sehingga pasar sempat menahan diri.

“Tapi kuartal kedua terlihat sebagai titik balik,” jelasnya.

Khususnya, kinerja perusahaan yang terkait dengan tema AI — yakni keyakinan bahwa AI akan menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi dan laba korporasi di masa depan — menjadi penopang utama sentimen positif, menurut analis dan pelaku pasar.

Ghirskey melanjutkan, secara keseluruhan, saham-saham berkapitalisasi besar di sektor teknologi, pertumbuhan, dan AI menjadi pendorong utama hasil laporan keuangan.

“Dan memang di sinilah kami ingin berinvestasi. Eksposur kami terhadap saham sudah maksimal dan kami cukup nyaman dengan itu," jelasnya.

Namun, tren ini sempat terganggu di awal tahun setelah munculnya DeepSeek, startup AI asal China yang memicu kekhawatiran akan meningkatnya persaingan dan potensi tergesernya dominasi raksasa teknologi seperti Nvidia.

Meski begitu, hasil keuangan kuat dari Microsoft dan Meta Platforms meyakinkan kembali investor bahwa investasi besar di sektor AI mulai membuahkan hasil.

Analis di Macro Hive, Viresh Kanabar, menilai kekhawatiran terhadap permintaan AI terlalu dibesar-besarkan.

Kegelisahan di awal tahun membuat banyak investor mengurangi eksposur terhadap saham, terutama pada saham pertumbuhan berisiko tinggi. Meskipun pasar telah pulih — indeks S&P 500 telah naik sekitar 6% sepanjang tahun ini dan mendekati rekor tertinggi — investor institusional masih bersikap hati-hati. Menurut estimasi Deutsche Bank, posisi kepemilikan saham saat ini masih tergolong netral ke overweight ringan.

Para analis menyebutkan bahwa kekuatan laba dari saham teknologi dan AI berpotensi menarik kembali arus modal dan mendorong reli lebih lanjut dalam beberapa pekan ke depan.

“Jika Anda ingin mengalahkan benchmark dan sebelumnya underweight pada saham-saham AI, maka sekarang Anda harus mulai mengejar,” ujar Hogan dari B. Riley Wealth.

Setelah mencatatkan kenaikan 2,2% sepanjang Juli, pasar kemungkinan akan menghadapi volatilitas dalam dua bulan ke depan yang secara historis cenderung fluktuatif. Hogan menyebut Agustus biasanya menjadi awal dari pergerakan pasar yang lebih bergejolak dan memuncak pada Oktober.

Bulan Agustus dibuka dengan aksi jual tajam pada Jumat, dipicu oleh pengumuman tarif baru AS terhadap puluhan mitra dagang serta laporan keuangan Amazon yang mengecewakan. Ditambah lagi, laporan ketenagakerjaan AS yang lebih lemah turut menambah sentimen penghindaran risiko.

Namun, Hogan menilai koreksi jangka pendek ini justru menjadi peluang beli, terutama untuk saham teknologi berkapitalisasi besar.

Dengan nama-nama besar seperti Alphabet, Microsoft, Nvidia, Meta Platforms, dan Amazon yang menguasai sekitar seperempat bobot indeks S&P 500, keberlanjutan reli saham AI menjadi indikator penting bagi arah pasar secara keseluruhan.

“Kami tidak menyangkal bahwa ada kelemahan di sektor lain dalam perekonomian,” kata Kanabar dari Macro Hive.

Meski demikian, dia menilai pada level indeks, dominasi perusahaan-perusahaan besar ini membuat sektor lain menjadi kurang relevan untuk saat ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro