Bisnis.com, JAKARTA — Kontraktor pelat merah, PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) mengantongi rugi bersih Rp2,13 triliun per semester I/2025.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2025 yang dikutip Rabu (16/7/2025), WSKT membukukan pendapatan usaha sebesar Rp3,1 triliun.
Nilai tersebut berasal dari jasa konstruksi Rp2,11 triliun, penjualan precast Rp308,55 miliar, pendapatan jalan tol Rp579,81 miliar, pendapatan properti Rp32,43 miliar, pendapatan hotel Rp44 miliar, penjualan infrastruktur lainnya Rp18,51 miliar, serta sewa gedung dan peralatan Rp5,65 miliar.
Secara tahunan pendapatan usaha WSKT sepanjang Januari—Juni 2025 merosot 30,64% year-on-year (YoY) dari Rp4,47 triliun pada semester I/2025. Penurunan itu dipicu oleh kontraksi pendapatan dari lini usaha jasa konstruksi dan penjualan pracetak.
Pada saat yang sama, Waskita membukukan beban penjualan Rp56,25 miliar, beban umum dan administrasi Rp682,07 miliar, beban pajak final Rp53,99 miliar, beban keuangan Rp1,87 triliun, dan beban lain-lain Rp426,81 miliar.
Di sisi bottom line, rugi periode berjalan WSKT tercatat sebesar Rp2,39 triliun. Sementara itu, rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk WSKT sebesar Rp2,14 triliun pada paruh pertama tahun ini.
Nilai rugi bersih Waskita sedikit lebih rendah dari realisasi Rp2,16 triliun pada semester I/2024. Per 30 Juni 2025, perseroan membukukan total liabilitas Rp68,3 triliun dan total ekuitas Rp5,52 triliun.
“Untuk periode yang berakhir pada 30 Juni 2025, Grup telah mengalami rugi sebesar Rp2,39 triliun yang mengakibatkan akumulasi defisit menjadi sebesar Rp16,7 triliun.”
Manajemen WSKT menyatakan perseroan secara aktif memantau kondisi keuangan dan kinerja grup serta mengeksplorasi dan menjalankan strategi-strategi sebagai upaya dalam memitigasi risiko pada kinerja keuangan dan keberlangsungan usaha grup.
Pertama, mengimplementasikan dan memonitoring secara berkala atas inisiatif delapan stream penyehatan keuangan perseroan.
Kedua, mengimplementasikan pemenuhan covenant dan kewajiban keuangan atas instrumen perbankan dan obligasi yang telah efektif direstrukturisasi.
Secara bersamaan, perseroan berupaya menyelesaikan restrukturisasi atas Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap IV tahun 2019 yang belum mendapatkan persetujuan pemegang obligasi.
"Hal tersebut penting bagi perseroan untuk menjalankan restrukturisasi dengan tidak adanya kondisi default/cidera janji/wanprestasi."
Ketiga, memprioritaskan pemilihan proyek-proyek dengan risiko rendah yang memiliki uang muka dan skema pembayaran monthly payment demi keberlanjutan kegiatan operasional grup.
Manajemen WKST menyatakan kemampuan grup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya dan menghadapi tantangan eksternal bergantung pada kemampuan perseroan untuk menghasilkan arus kas yang cukup untuk memenuhi liabilitasnya secara tepat waktu.
Selain itu, kelangsungan usaha Waskita juga bergantung pada kemampuan grup untuk menjalankan operasi yang menguntungkan di masa depan dan meningkatkan posisi keuangannya.