Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah sektor diperkirakan masih dapat dicermati menjelang batas waktu penundaan tarif Trump pada 9 Juli 2025. Adapun, IHSG mulai bergejolak menanti kepastian tarif tersebut.
Berdasarkan data RTI Infokom, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,19% atau 12,85 poin ke level 6.865,19 pada perdagangan Jumat (4/7/2025).
Sebanyak 260 saham menguat, 323 saham melemah, dan 207 saham stagnan. Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak pada kisaran 6.843,69-6.916,67. Kapitalisasi pasar tercatat mencapai Rp12.098 triliun.
Research and Investment Department Capital Asset Management Martin Aditya mengatakan dampak perang tarif dagang ini terhadap pasar sudah cukup mereda. Hal ini ditambah dengan data ketenagakerjaan AS yang sudah mulai menguat dan defisit neraca dagang AS Mei 2025 mulai kembali mengalami normalisasi.
“Menjelang pengumuman tarif yang baru tanggal 9 Juli tentu akan ada volatilitas jika ternyata AS kembali mematok tarif yang cenderung relatif masih tinggi pada beberapa negara,” kata Martin, Jumat (4/7/2025).
Namun, dia memperkirakan Indonesia tidak akan dikenakan tarif tinggi selama Indonesia dapat bersikap kooperatif dengan AS. Contohnya, kata dia, dengan menyetujui kesepakatan mengimpor migas dari AS hingga Rp250 triliun.
Hal tersebut menurut Martin akan tampak lebih jelas pada tanggal 7 Juli mendatang. Di sisi lain, Martin memperkirakan outflow atau arus jual asing terhadap saham-saham Indonesia akan terjadi dalam jangka pendek saja, mengingat patokan tarif tersebut bersifat dinamis mudah berubah sewaktu-waktu.
“Selain itu, pasar modal Indonesia merupakan salah satu pasar modal yang memiliki valuasi yang lebih kompetitif dan juga potential growth-nya lebih menarik di lingkup Asia Tenggara,” ujarnya.
Adapun sejumlah sektor saham menjadi pilihan. Saham-saham tersebut adalah saham-saham pada sektor telekomunikasi, healthcare, dan corporate banking.
Martin menilai saham-saham di tiga sektor ini dapat menjadi saham yang defensif, di tengah banyaknya ketidakpastian global.
“Namun, jika penurunan suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan, sektor komoditas akan menarik terutama pada metal mining seperti nikel, tembaga, dan timah,” tuturnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.