Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Deadline Tarif Trump Makin Dekat, Saatnya 'Bargain Hunting' di Pasar Modal

Analis melihat penetapan tarif dagang AS dapat dimanfaatkan investor untuk melakukan bargain hunting di pasar modal Indonesia.
Ilustrasi bendera AS dengan label tarif./Reuters-Dado Ruvic
Ilustrasi bendera AS dengan label tarif./Reuters-Dado Ruvic

Bisnis.com, JAKARTA — Tenggat waktu negosiasi perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) akan berakhir pekan depan tepatnya pada 9 Juli 2025. Analis memandang momentum ini dapat dimanfaatkan investor untuk melakukan bargain hunting di pasar modal. 

Analis Reliance Sekuritas Arifin menjelaskan penerapan dari Tarif Trump akan memiliki dampak negatif ke Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Adapun, IHSG sudah terpukul pada kuartal I/2025 ketika Trump mengumumkan tarif resiprokal terhadap sejumlah negara.

“Karena pasar obligasi ataupun saham sudah merespons terlebih dahulu. Beberapa hari yang lalu kita lihat IHSG mengalami penurunan. Investor juga sudah mengurangi bobot saham di portofolionya,” kata Arifin pada webinar Reliance Sekuritas, Jumat (4/7/2025). 

Di sisi lain, Arifin juga menuturkan sampai saat ini pelaku pasar belum melihat wujud nyata atau hasil diskusi atau negosiasi antara pemerintah Indonesia dan AS. 

Reliance Sekuritas memperkirakan tarif dagang 32% terhadap Indonesia kemungkinan besar akan berlaku. Penurunan terhadap harga saham secara keseluruhan diperkirakan Arifin akan terjadi, termasuk ke emiten-emiten pelat merah di bawah Danantara. 

“Kalau [tarif] itu berlaku, market akan merespons negatif. Kami menganjurkan investor untuk menghindari volatilitas market yang tinggi, untuk mengurangi atau melakukan penjualan saham-saham yang sudah untung,” tutur Arifin. 

Selain itu, investor juga dapat meningkatkan porsi kasnya agar saat 9 Juli 2025 nanti bisa melakukan bargain hunting ke saham-saham potensial. 

Lebih lanjut, Arifin juga melihat beberapa dana asing juga sudah beralih ke Vietnam yang telah mencapai kesepakatan dagang dengan AS. Arifin menuturkan terjadi capital inflow di ekuitas Vietnam. 

Meskipun demikian, apabila melihat pertumbuhan ekonomi, menurutnya pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih menarik dari Vietnam dengan bonus demografi yang juga lebih baik dari Vietnam. 

“Faktor pertumbuhan emiten dan dividen, masih jauh lebih unggul dari Vietnam. Kalaupun ada dana asing masuk ke Vietnam, saya percaya secara gradual akan balik ke Indonesia,” ujarnya.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper