Bisnis.com, JAKARTA — Prospek pertumbuhan laba untuk PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) dinilai menantang dengan penyaluran kredit yang lemah dan tekanan margin yang berkelanjutan.
Hal itu ditegaskan oleh Sucor Sekuritas terkait proyeksi kinerja emiten bank pelat merah tersebut untuk sepanjang 2025. Sekuritas ini pun memangkas target laba untuk BBNI pada tahun ini menjadi Rp21,1 triliun atau terkoreksi sekitar 1,7% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Namun, Sucor Sekuritas memperkirakan laba perseroan akan kembali bertumbuh pada 2026 yakni sebesar Rp22,5 triliun atau naik 6,6% YoY.
Proyeksi laba untuk 2025 itu ditetapkan dengan asumsi pertumbuhan kredit sebesar 5% dan sedikit penurunan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) karena tekanan biaya dana (cost of fund/CoF) yang berkelanjutan.
“Mengingat penyaluran pinjaman yang lemah dan tekanan margin yang berkelanjutan, kami merevisi turun perkiraan laba kami,” demikian jelas Edward Lowis dalam riset yang dirilis, Kamis (26/6/2025).
Dalam laporan itu, Sucor Sekuritas juga menunjukkan bahwa bank BUMN itu membukukan laba bersih mencapai Rp8,5 triliun pada periode Januari—Mei 2025. Realisasi itu terkoreksi sekitar 1% YoY lantaran biaya dana meningkat, biaya operasional atau opex yang lebih tinggi (+6% YoY), dan sedikit peningkatan dalam pencadangan (+2% YoY).
Baca Juga
Pada periode tersebut, Sucor Sekuritas melaporkan, perseroan menghadapi tekanan NIM yang berkelanjutan menjadi 3,9% (-14 bps yoy/-26 bps pada periode sepanjang tahun berjalan alias year-to-date/YtD).
Pada saat yang sama, Edward menjelaskan biaya kredit perseroan terus meningkat, menjadi 0,9% pada lima bulan pertama 2025. Hal itu sejalan dengan panduan bank untuk sepanjang 2025 yakni sekitar 1,0%.
Selain itu, Edward menjelaskan bahwa pertumbuhan kredit BBNI per Mei 2025 tetap lesu dengan pinjaman yang beredar (outstanding loan) turun -1% YtD.
”…jauh di bawah target manajemen untuk tahun penuh sebesar 8%–10%,” jelas Edward.
Di sisi lain, dia memerinci, pertumbuhan simpanan juga lemah yakni hanya naik sekitar 1% YoY dan YtD. Sementara dana murah alias current account saving account (CASA) tumbuh moderat pada kisaran 2,5% YoY dan 2,7% YtD.
“Dengan likuiditas yang tetap ketat (LDR pada 95%) dan risiko gagal bayar meningkat di tengah sentimen konsumen dan bisnis yang lemah, kami memperkirakan pertumbuhan kredit akan jauh dari panduan.”
Oleh karena itu, Sucor Sekuritas juga merevisi estimasi pertumbuhan kredit sepanjang 2025 untuk BBNI menjadi sekitar 5%, dari sebelumnya pada kisaran 9%.
Adapun, Sucor Sekuritas tetap menyematkan rekomendasi beli untuk saham BBNI. Namun, sekuritas ini menurunkan target harga untuk saham perseroan menjadi Rp5.200.
“Pertahankan BELI dengan TP [target harga] lebih rendah sebesar Rp5.200 untuk mencerminkan prospek laba yang lebih lambat dalam waktu dekat, didorong oleh pengetatan likuiditas dan momentum kredit yang lebih lemah,” pungkas Edward.