Bisnis.com, JAKARTA — Manajer investasi pengelola reksa dana PT Eastspring Investments Indonesia mengatur strategi investasi dengan mengoleksi saham-saham big caps berfundamental solid untuk semester II/2025.
Liew Kong Qian, Head of Investments Eastspring Indonesia, mengatakan volatilitas pasar saham memasuki semester II/2025 ini bisa meningkat karena masa jeda tarif AS akan berakhir pada awal Juli 2025.
Adapun, AS menunda pemberlakuan tarif impor terhadap sejumlah mitra dagangnya selama 90 hari. Fokus investor cenderung mengarah ke hubungan AS dan China yang dikhawatirkan memperdalam tren deglobalisasi dan menekan pertumbuhan ekonomi global.
Selain itu, konflik di Timur Tengah dengan aksi serang antara Israel dan sekutunya AS terhadap Iran juga menjadi momok bagi keyakinan investor global pada awal pekan ini.
"Di dalam negeri, investor perlu mencermati potensi pelemahan pertumbuhan PDB dan potensi penurunan ekspor ke US maupun ke China yang berdampak terhadap defisit transaksi berjalan," kata Liew kepada Bisnis, pekan lalu.
Dengan sentimen tersebut, fokus strategi saham Eastspring disebut mengarah ke emiten dengan pertumbuhan baik dengan kondisi keuangan yang solid. Liew mengatakan saham-saham big caps dengan fundamental bisnis yang solid tetap atraktif secara valuasi di tengah volatilitas pasar yang meningkat.
Beberapa sektor saham yang disukai Eastspring Indonesia a.l. sektor keuangan dan konsumsi. Adapun, bank besar dengan rasion CASA tinggi dengan valuasi menarik disebut menawarkan potensi pertumbuhan seiring dengan likuidnya sistem keuangan.
Sementara sektor konsumsi dinilai akan diuntungkan oleh berbagai program pemerintah yang mendukung pemulihan daya beli konsumen tahun ini.
Eastspring Indonesia pun merekomendasikan investasi reksa dana dengan strategi mixed-asset yaitu mengkombinasikan obligasi, saham, dan pasar uang dengan porsi lebih besar pada obligasi.
Liew menyebut pendekatan tersebut akan memberi keseimbangan antara potensi imbal hasil dan risiko. Diversifikasi disebut menjadi kunci dalam menghadapi dinamika saat ini sambil tetap menangkap peluang jangka panjang.
"Peran obligasi penting dalam menjaga stabilitas portofolio – terutama di tengah kenaikan saham yang belum sepenuhnya didukung oleh pemulihan ekonomi riil," ujar Liew.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.