Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krakatau Steel (KRAS) Pacu Efisiensi Energi, Antisipasi Tekanan Biaya Produksi

Emiten baja pelat merah Krakatau Steel (KRAS) meraih sertifikat ISO 50001:2018 seiring upayanya memperkuat strategi efisiensi energi.
Kawasan industri PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS). Istimewa
Kawasan industri PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS). Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) berupaya memperkuat strategi efisiensi energi sebagai respons terhadap tekanan biaya produksi dan masuknya baja murah akibat kelebihan pasokan global.

Direktur Utama Krakatau Steel Akbar Djohan mengatakan bahwa pengelolaan energi menjadi aspek krusial di tengah tantangan industri baja yang kompleks dan dinamis.

Menurutnya, energi kini merupakan komponen biaya operasional terbesar kedua setelah bahan baku, sehingga efisiensinya berdampak langsung terhadap daya saing.

Seiring hal itu, KRAS telah memperoleh sertifikat ISO 50001:2018 dalam Manajemen Energi dari PT Sucofindo Indonesia. ISO 50001:2018 merupakan standar internasional yang berfokus pada sistem manajemen energi dan pengelolaan sumber daya.

“Sertifikat ini merupakan tonggak penting dalam perjalanan Krakatau Steel untuk terus meningkatkan efisiensi energi, mengurangi emisi, dan memastikan keberlanjutan operasional,” ujar Akbar lewat keterangan resmi, Rabu (18/6/2025).

Terkait dengan operasional, KRAS sebelumnya telah menandatangani nota kesepahaman dengan Vietnam Steel Corporation untuk memasok baja hot rolled coil (HRC) sebanyak 120.000 ton selama satu tahun ke depan.

Akbar menuturkan kerja sama dengan Vietnam merupakan bagian dari strategi pemulihan operasional usai optimalisasi kembali Pabrik Hot Strip Mill 1.

“Krakatau Steel suplai baja hingga 120.000 ton kepada Vietnam Steel Corporation dan ini menandakan bahwa kami mulai mengoptimalkan produksi Pabrik Hot Strip Mill 1 setelah recovery,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Dia menambahkan bahwa langkah ekspansi memperlihatkan kesiapan KRAS dalam memanfaatkan peluang pasar di tengah tekanan yang dihadapi industri baja Vietnam.

Menurut laporan Reuters, Vietnam dikabarkan mempertimbangkan penerapan tarif pada baja galvanis impor dari China dan Korea Selatan sebagai respons atas membanjirnya produk-produk tersebut ke pasar domestik.

Sementara itu, hingga kuartal I/2025, KRAS membukukan pendapatan usaha sebesar US$234,76 juta atau naik 1,28% dari capaian US$231,79 juta pada kuartal I/2024.

Kontributor utama pendapatan KRAS berasal dari produk baja yang dijual secara lokal sebesar US$176,09 juta dan US$5,61 juta disumbangkan penjualan ke luar negeri.

__________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper