Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguar ke posisi Rp16.265 pada perdagangan Senin (16/6/2025). Di sisi lain, greenback terpantau mencatatkan pelemahan.
Mengutip Bloomberg, rupiah ditutup menguat sebesar 38,50 poin atau 0,24% ke level Rp16.265per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,19%menuju 97,99.
Sementara itu, mata uang di Asia ditutup bervariasi. Yen Jepang melemah 0,12% bersama baht Thailand sebesar 0,24%. Sementara itu, won Korea dan yaun China ditutup menguat masing-masing 0,28% dan 0,05%.
Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa nilai tukar rupiah menguat di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik global dan sikap hati-hati investor menjelang serangkaian keputusan suku bunga oleh bank sentral utama dunia.
Dia menuturkan pasar global kini diguncang oleh perkembangan geopolitik terbaru setelah Iran meluncurkan rudal ke Israel, termasuk Tel Aviv dan Haifa, yang menyebabkan kerusakan infrastruktur dan korban sipil. Serangan balasan dari Israel turut menambah eskalasi.
“Kondisi ini memicu kekhawatiran di antara para pemimpin dunia pada pertemuan G7 minggu ini bahwa pertempuran antara dua musuh lama tersebut dapat menyebabkan konflik regional yang lebih luas,” ujarnya dalam publikasi riset harian, Senin (16/6/2025).
Baca Juga
Selain geopolitik, pelaku pasar juga mencermati agenda bank sentral global pekan ini. Bank of Japan dijadwalkan menggelar pertemuan pada Selasa (17/6), disusul Federal Reserve AS yang akan mengumumkan keputusan suku bunga pada Rabu (18/6). Diikuti oleh Bank of England, Bank Nasional Swiss, dan People’s Bank of China akan mengumumkan kebijakan suku bunga.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia melaporkan posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia kembali meningkat pada April 2025 sebesar US$800 juta menjadi US$431,55 miliar atau sekitar Rp7.197,76 triliun. Kenaikan ini terjadi seiring pelemahan rupiah setelah pengumuman tarif balasan AS terhadap sejumlah produk Indonesia.
Meski tumbuh 8,2% secara tahunan (year on year/YoY), struktur ULN dinilai tetap sehat dan terjaga. Hal ini terlihat dari rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) justru menurun menjadi 30,3% pada April 2025, dari 30,6% pada bulan sebelumnya. Selain itu, proporsi ULN jangka panjang mendominasi hingga 85,1% dari total utang.
ULN pemerintah mencapai US$208,8 miliar, tumbuh 10,4% YoY pada April, meningkat dibandingkan pertumbuhan Maret sebesar 7,6%. Kenaikan ini mencerminkan aktivitas penarikan pinjaman dan meningkatnya aliran modal asing ke pasar Surat Berharga Negara (SBN).
Dengan situasi saat ini, dia memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak fluktuatif di kisaran Rp16.220 - Rp16270 pada Selasa (16/6/2025).