Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia naik lebih dari 4% dan mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua bulan, setelah muncul laporan yang menyebutkan Amerika Serikat bersiap mengevakuasi kedutaannya di Irak akibat meningkatnya kekhawatiran keamanan di Timur Tengah.
Melansir Reuters pada Kamis (12/6/2025) harga minyak jenis Brent terpantau naik US$2,90 atau 4,34% menjadi US$69,77 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$3,17 atau 4,88% menjadi US$68,15 per barel. Keduanya mencapai level tertinggi sejak awal April.
Para pedagang berebut membeli kontrak berjangka minyak setelah laporan bahwa AS bersiap mengevakuasi kedutaannya di Irak. Untuk diketahui, Irak adalah produsen minyak mentah nomor dua OPEC setelah Arab Saudi. Seorang pejabat AS juga mengatakan bahwa para prajuritnya yang membawa keluarga di Bahrain dipertimbangkan untuk dievakuasi.
“Pasar tidak memperkirakan adanya risiko geopolitik sebesar ini,” kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Iran Aziz Nasirzadeh mengatakan Teheran akan menyerang pangkalan AS di kawasan jika pembicaraan nuklir gagal dan terjadi konflik dengan Washington.
Trump mengatakan dalam sebuah wawancara yang dirilis Rabu bahwa dia kurang yakin Iran akan setuju untuk menghentikan pengayaan uranium dalam kesepakatan nuklir dengan Washington
Baca Juga
Ketegangan yang terus berlangsung dengan Iran berarti pasokan minyak negara itu kemungkinan tetap dibatasi oleh sanksi.
Meski demikian, pasokan global tetap akan meningkat karena OPEC+ berencana menambah produksi minyak sebesar 411.000 barel per hari pada bulan Juli, sebagai bagian dari pelonggaran pemangkasan produksi untuk bulan keempat berturut-turut
“Kenaikan permintaan minyak di dalam negara-negara anggota OPEC+ – terutama Arab Saudi – dapat mengimbangi peningkatan pasokan dari kelompok tersebut dalam beberapa bulan mendatang dan menopang harga minyak,” kata analis Capital Economics, Hamad Hussain, dalam sebuah catatan.
Harga minyak juga tetap tinggi karena adanya kabar kesepakatan dagang antara AS dan China, yang berpotensi meningkatkan permintaan energi di dua ekonomi terbesar dunia itu.
Trump mengatakan Beijing akan memasok magnet dan mineral tanah jarang, sementara AS akan mengizinkan mahasiswa China untuk belajar di perguruan tinggi dan universitas AS. Trump menambahkan bahwa kesepakatan tersebut masih menunggu persetujuan akhir dari dirinya dan Presiden Xi Jinping.