Bisnis.com, SURABAYA — Produsen kertas PT Suparma Tbk. (SPMA) melakukan belanja modal senilai US$21,4 juta atau sekitar Rp348 miliar pada 2024, untuk proyek investasi Paper Machine No.11 (PM 11) pada 2024.
Direktur Suparma, Barli Leoponco, menjelaskan anggaran tersebut sudah mencakup mesin kertas utama beserta perlengkapannya, suku cadang, bangunan dan prasarananya. PM 11 tersebut diharapkan dapat meningkatkan kapasitas terpasang sebesar 27.000 MT.
“Suparma telah menandatangani kontrak pembelian mesin utama PM 11 dengan supplier mesin kertas dari Finlandia senilai 6,35 juta euro atau sekitar Rp18 miliar pada 6 Februari 2025,” katanya, Selasa (10/6/2025).
Suparma berencana menggunakan internal kas sebesar US$ 5 juta untuk mendanai proyek tersebut, sedangkan sisanya sebesar US$16,4 juta akan didanai oleh bank rekanan Suparma dalam bentuk fasilitas kredit investasi.
“Sementara dari sisi kinerja, Suparma pada empat bulan pertama 2025 mencetak penjualan sebesar Rp837,8 miliar atau setara dengan 27,9% dari target penjualan bersih Suparma 2025, yakni sebesar Rp3 triliun,” ujarnya.
Adapun kuantitas penjualan kertas Suparma mencapai 69.595 MT atau setara dengan 26,9% dari target kuantitas penjualan produk kertas tahun 2025 yakni sebesar 258.600 MT, katanya.
Baca Juga
Sedangkan untuk hasil produksi kertas Suparma pada periode empat bulan tahun 2025 sebesar 72.475 MT atau setara dengan 32,1% dari target produksi kertas tahun 2025 yakni sebesar 225.800 MT.
“Pada RUPST 2025 ini Suparma tidak membagikan dividen tunai kepada para pemegang sahamnya mengingat setelah dikurangi pembentukan dana cadangan wajib sebesar Rp 20 miliar, sisa laba bersih tahun berjalan 2024 akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan Suparma serta untuk investasi yang sebagian besar bertujuan untuk peningkatan kapasitas mesin kertas Suparma, ” katanya.
Sepanjang 2024, kata dia, Suparma berhasil membukukan pertumbuhan penjualan bersih 2,7% menjadi sebesar Rp 2,729 triliun.
Menurutnya, pertumbuhan tersebut disebabkan naiknya kuantitas penjualan Suparma sebesar 4,1% mencapai 229,4 ribu MT dimana kraft dan tissue menyumbang pertumbuhan kuantitas penjualan masing-masing sebesar 7,2% dan 5,2%. Sedangkan kuantitas penjualan duplex relatif tidak mengalami perubahan.
Dia menjelaskan pula, pada 2024 beban pokok penjualan mengalami kenaikan 5,9% dibandingkan beban pokok penjualan 2023 terutama disebabkan oleh kenaikan harga beli rata-rata bahan baku pulp sebesar 11%.
Kenaikan beban pokok penjualan yang melebihi kenaikan penjualan menyebabkan Suparma membukukan penurunan laba kotor sebesar 12,3% dari semula Rp470,6 miliar pada 2023 menjadi Rp412,8 miliar pada2024, sehingga marjin laba kotor 2024 mengalami penurunan menjadi 15,1% dari semula 17,7% pada 2023. (K24)
“Pada tahun 2024, beban penjualan mengalami kenaikan sebesar 1,8% yang terutama disebabkan oleh naiknya beban ekspor dan pengangkutan sebesar 2,1%. Sedangkan beban umum dan administrasi mengalami sedikit penurunan 0,5% yang terutama disebabkan oleh menurunnya perbaikan dan pemeliharaan sebesar 36,7%,” katanya.
Dia menjelaskan, Suparma membukukan rugi selisih kurs sebesar Rp 29,5 miliar akibat dari dampak melemahnya nilai tukar Rupiah. Hal ini menyebabkan penurunan laba sebelum taksiran beban pajak dan laba tahun berjalan Suparma masing-masing sebesar 43,5% dan 41,3% atau masing masing menjadi sebesar Rp 134,4 miliar dan Rp 104,8 miliar.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.