Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Menguat usai Tarif Trump Terjegal di Pengadilan AS

Bursa Asia menguat setelah pengadilan perdagangan AS menjegal kebijakan tarif Presiden Donald Trump.
Papan informasi saham Stock Exchange of Thailand (SET) yang ditampilkan di bangkok, Thailand pada Senin (26/10/2020). / Bloomberg-Taylor Weidman
Papan informasi saham Stock Exchange of Thailand (SET) yang ditampilkan di bangkok, Thailand pada Senin (26/10/2020). / Bloomberg-Taylor Weidman

Bisnis.com, JAKARTA — Bursa saham Asia dan kontrak berjangka Wall Street melonjak pada Kamis (29/5/2025) setelah pengadilan perdagangan AS memblokir tarif Presiden Donald Trump, sekaligus mendorong dolar AS menguat terhadap mata uang safe haven.

Pengadilan Perdagangan Internasional yang berbasis di Manhattan, yang kurang dikenal, memutuskan bahwa Trump melampaui wewenangnya dengan memberlakukan tarif secara menyeluruh terhadap impor dari negara-negara yang menjual lebih banyak ke AS daripada yang mereka beli.

Gedung Putih segera mengajukan banding atas putusan tersebut, dan dapat membawa kasus ini hingga Mahkamah Agung jika diperlukan. Sementara itu, hal ini memberikan sedikit harapan bahwa Trump mungkin akan mundur dari tingkat tarif tertinggi yang dia ancamkan.

Analis keuangan senior di Capital.com Kyle Rodda menyampaikan bahwa sudah lama disarankan bahwa wewenang darurat yang digunakan Trump untuk menerapkan tarif tidak konstitusional, dan wewenang untuk menetapkan tarif berada di tangan Kongres. 

“Jika pasar mendapatkan keinginannya, pengadilan dapat menunda dan kemudian menolak tarif-tarif ini, menghilangkan satu risiko besar dan tanpa diragukan lagi meningkatkan selera risiko,” ujarnya, dikutip dari Reuters, Kamis (29/5/2025).

Hal ini juga dapat mendorong mitra dagang AS untuk menunda negosiasi perdagangan yang sedang mereka lakukan dengan Gedung Putih sambil menunggu hasil kasus ini.

Ekonom utama Amerika Utara di Capital Economics Paul Ashworth menyampaikan bahwa putusan ini jelas akan mengacaukan upaya administrasi untuk segera menandatangani kesepakatan perdagangan selama jeda 90 hari dari tarif yang kini dinyatakan ilegal. 

“Negara lain akan menunggu dan melihat apakah pengadilan yang lebih tinggi bersedia membatalkan putusan ini,” tutur Ashworth. 

Investor merespons dengan membeli saham, dan indeks Nikkei 225 naik 1,7% dengan cepat, sementara indeks Kospi Korea Selatan naik 1,2% ke level tertinggi dalam sembilan bulan.

Indeks saham MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang naik 0,3%, sementara indeks CSI 300 China menguat 0,5%.

Goncangan tersebut dirasakan secara global, dengan futures EUROSTOXX 50 naik 1,1%, sementara futures FTSE naik 0,7% dan futures DAX 0,9%.

Ditopang NVidia

Kontrak berjangka S&P 500 naik 1,6%, sementara kontrak berjangka Nasdaq naik 1,9%. Yang terakhir telah didorong oleh kabar baik dari laporan keuangan NVIDIA yang melampaui perkiraan penjualan.

Perusahaan chip dan favorit AI ini juga memproyeksikan pendapatan kuat untuk kuartal saat ini, mendorong sahamnya naik 4,4% setelah jam perdagangan.

Berita tersebut membantu menyeimbangkan laporan Financial Times bahwa Gedung Putih telah memerintahkan perusahaan AS yang menyediakan perangkat lunak untuk merancang semikonduktor untuk menghentikan penjualan layanannya kepada kelompok China.

The New York Times secara terpisah melaporkan bahwa AS telah menangguhkan beberapa penjualan teknologi kritis AS ke China, termasuk yang terkait dengan mesin jet, semikonduktor, dan bahan kimia tertentu.

Berita tentang putusan pengadilan tersebut berdampak pada mata uang safe haven tradisional, mendorong dolar AS naik 0,7% terhadap franc Swiss menjadi 0,8327. Dolar AS juga naik 0,7% terhadap yen Jepang menjadi 145,86 yen, sementara euro turun 0,4% menjadi US$1,1245.

Imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun naik 3 basis poin menjadi 4,51%, dan pasar semakin mengurangi kemungkinan pemotongan suku bunga Federal Reserve dalam waktu dekat.

Catatan rapat terakhir Federal Reserve (The Fed) menunjukkan bahwa hampir semua peserta menyoroti risiko bahwa inflasi dapat terbukti lebih persisten dari perkiraan akibat tarif yang diberlakukan oleh Trump.

Kemungkinan pemotongan suku bunga pada Juli kini hanya 22%, sementara September kini mencapai sekitar 60%, setelah sebelumnya telah sepenuhnya diperhitungkan sebulan lalu. 

Di pasar komoditas, harga emas turun 0,9% menjadi US$3.259 per ons.

Harga minyak memperpanjang kenaikan yang dimulai karena kekhawatiran pasokan, setelah OPEC+ sepakat untuk mempertahankan kebijakan produksi mereka dan AS melarang Chevron mengekspor minyak mentah Venezuela.

Brent naik 66 sen menjadi US$65,56 per barel, sementara minyak mentah AS menguat 70 sen menjadi US$62,54 per barel.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper