Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas telah bangkit pada perdagangan pekan ini didorong oleh sejumlah sentimen. Ke depan, harga emas masih berpeluang mempertahankan penguatannya.
Harga emas dunia diperdagangkan di atas US$3.300 per troy ounce dengan perkiraan kenaikan 3% pada pekan ini.
Analis Senior di Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha menilai sepanjang pekan ini, pergerakan harga emas dunia menunjukkan volatilitas yang cukup tinggi, dipicu oleh berbagai faktor seperti ketegangan geopolitik, dinamika fiskal AS, dan rilis data ekonomi yang beragam.
Harga emas sempat melonjak tajam setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana pemotongan pajak yang diperkirakan akan menambah utang nasional hingga US$3,8 triliun dalam satu dekade.
Kebijakan fiskal tersebut turut mendorong lembaga pemeringkat Moody’s menurunkan peringkat kredit pemerintah AS. Pasar menilai langkah ini sebagai sinyal meningkatnya risiko fiskal, sehingga mendorong investor kembali pada emas sebagai aset lindung nilai alias safe haven.
Sementara itu, eskalasi ketegangan di Timur Tengah dan hubungan dagang AS-China terus menjadi katalis positif bagi permintaan emas.
Baca Juga
"Dalam situasi global yang penuh ketidakpastian, arus modal mengalir ke aset-aset aman seperti logam mulia," kata Andy dalam keterangan tertulis pada Jumat (23/5/2025).
Di sisi lain, data PMI manufaktur dan jasa AS yang membaik pada periode Mei menekan harga emas secara jangka pendek, karena memunculkan optimisme terhadap pemulihan ekonomi AS.
Sentimen pasar pun terbelah antara harapan akan stabilitas ekonomi dan kekhawatiran terhadap keberlanjutan fiskal.
Dari sisi teknikal, Andy mencatat bahwa kombinasi indikator candlestick dan moving average mengindikasikan melemahnya tren bearish yang sebelumnya terbentuk.
Meskipun sempat terkoreksi, tekanan jual belum cukup kuat untuk membawa harga ke level yang lebih rendah secara signifikan, mencerminkan sikap wait and see dari pelaku pasar.
Untuk pekan mendatang, Andy memproyeksikan harga emas dunia masih berpotensi melanjutkan pelemahan hingga ke kisaran US$3.070, terutama jika sentimen risk-on kembali mendominasi dan Dolar AS menguat.
Skenario ini bisa terealisasi apabila data ekonomi AS yang akan dirilis menunjukkan penguatan lebih lanjut, yang dapat menunda ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Namun, peluang rebound tetap terbuka jika harga mampu menembus resistance kunci di US$3.405. Jika level ini dilewati, maka harga emas berpotensi menguat hingga ke US$3.500, terutama jika dipicu oleh eskalasi geopolitik atau pelemahan signifikan pada dolar AS.
Secara keseluruhan, meskipun tekanan teknikal jangka pendek masih membayangi, Andy menilai prospek jangka menengah emas tetap positif. Hal ini didukung oleh tingginya permintaan investor serta ketidakpastian global yang belum menunjukkan tanda mereda.
Untuk strategi investasi di emas ke depannya, para trader disarankan untuk mencermati sinyal reversal maupun breakout sebagai potensi katalis arah harga selanjutnya.
Analis investasi sekaligus Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra menilai kenaikan harga emas masih terbuka ke depan didorong oleh banyaknya masalah. Terdapat kenaikan tarif impor AS yang menimbulkan gejolak ekonomi global.
Lalu, perang di beberapa tempat yang belum selesai dan malah ada perang baru. Kemudian, peluang pemangkasan suku bunga acuan AS karena pelemahan ekonomi AS.
"Selain itu, permintaan besar emas dari bank-bank sentral dunia yang ingin mengurangi ketergantungan terhadap cadangan dolar AS dan kelihatannya masalah baru akan terus ada ke depannya yang memicu kekhawatiran pelaku pasar sehingga pelaku pasar memilih alternatif investasi yang lebih aman yaitu emas," kata Ariston kepada Bisnis pada Jumat (23/5/2025).
Menurut Ariston, saat ini strategi yang bisa dijalankan investor terhadap peluang penguatan harga emas sama seperti investasi saham.
"Beli di saat koreksi harga dan tahan untuk jangka panjang karena tren ke depan masih naik," ujar Ariston.