Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berburu Sektor Saham Potensial Cuan Saat BI Rate Dipangkas

Langkah BI memangkas BI Rate diteropong menjadi katalis positif bagi sejumlah saham-saham di sektor perbankan, properti, otomotif, hingga konsumer.
Annisa Kurniasari Saumi, Fahmi Ahmad Burhan
Kamis, 22 Mei 2025 | 06:29
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Jumat (9/5/2025). JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Jumat (9/5/2025). JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Langkah Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan alias BI Rate diteropong menjadi katalis positif bagi sejumlah saham-saham di sektor perbankan, properti, otomotif, hingga konsumer.

Seperti diberitakan Bisnis, BI telah menurunkan suku bunga acuannya ke level 5,50% berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 20—21 Mei 2025. 

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 20 dan 21 Mei 2025 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,50%," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (21/5/2025). 

Dalam pengumuman suku bunga BI hari ini, bank sentral juga menurunkan suku bunga Deposit Facility menjadi 4,75% dan suku bunga Lending Facility tetap 6,25%. 

Perry mengatakan keputusan suku bunga ini konsisten dengan perkiraan inflasi 2025 dan 2026 yang rendah, serta tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%. 

"[Keputusan itu merupakan] upaya mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya, serta untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ujar Perry. 

Perry juga menjelaskan bahwa ke depannya, BI akan terus mengarahkan kebijakan moneter untuk menjaga inflasi dalam sasarannya dan stabilitas nilai tukar rupiah yang sesuai fundamental. 

Keputusan bank sentral diapresiasi oleh pelaku pasar yang tecermin dari penguatan IHSG pada perdagangan kemarin. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatatkan penguatan sebesar 0,67% atau 47,86 poin ke level 7.142,46 pada akhir perdagangan Rabu (21/5/2025). IHSG pun masih di zona hijau dengan menguat 0,88% sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD).

Terdapat pula aliran dana asing di pasar saham seiring dengan penurunan suku bunga acuan. Tercatat, nilai beli bersih atau net buy asing di pasar saham Indonesia mencapai Rp960 miliar pada perdagangan kemarin.

Economist Panin Sekuritas Felix Darmawan menuturkan pasar saham merespons positif keputusan penurunan suku bunga acuan ini. Menurutnya, hal ini terlihat dari harga saham-saham big banks yang melompat usai bank sentral mengumumkan penurunan suku bunga. 

Lebih lanjut, Felix mencermati terdapat tiga alasan utama BI menurunkan suku bunga. Alasan pertama adalah indikasi perlambatan ekonomi domestik mulai menguat. 

"Kedua, inflasi masih terkendali dan berada dalam kisaran target," ujar Felix, Rabu (21/5/2025).

Alasan ketiga, nilai tukar rupiah yang mengalami penguatan dalam beberapa pekan terakhir, yang memberikan ruang stabilitas eksternal yang cukup. 

Terpisah, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menyampaikan penurunan suku bunga acuan telah diapresiasi oleh pelaku pasar dan diteropong menjadi momentum tepat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

BI pun telah mengikuti langkah bank-bank sentral di berbagai negara, seperti bank sentral China dan Eropa.

"Secara umum, penurunan suku bunga acuan memberikan benefit penurunan biaya pinjaman. Sektor perbankan tentu mendapatkan dorongan. Lalu, sektor properti mendapatkan benefit dari peningkatan permintaan KPR [kredit pemilikan rumah] dan KPA [kredit pemilikan apartemen]," ujar Nafan.

Di sektor manufaktur, terdapat efek yang mendorong peningkatan produksi sehingga lapangan pekerjaan terbuka lagi.

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina menjelaskan penurunan BI Rate menjadi berita yang positif untuk emiten-emiten dengan sektor terkait seperti bank, properti, dan otomotif. Di sektor perbankan, Martha menjelaskan penurunan BI Rate akan menurunkan cost of fund, dan membuat net interest margin emiten bank membaik.

"Kedua, otomotif. Itu [penurunan BI Rate] juga bisa menggairahkan kembali kredit, khususnya untuk otomotif," ujar Martha, Rabu (21/5/2025).

Dia melanjutkan, tahun ini menjadi tahun yang sulit untuk sektor otomotif untuk pulih. Adapun, sektor otomotif mendapat tantangan sejak awal tahun ini dari sisi daya beli masyarakat yang lemah dan posisi suku bunga yang relatif tinggi.

Selanjutnya untuk sektor properti, Martha menjelaskan emiten-emiten properti yang memiliki pasar di segmen menengah bawah akan sangat terpengaruh dengan suku bunga. Dengan suku bunga rendah, harapannya masyarakat akan lebih bisa berbelanja properti.

Adapun, Associate Director Pilarmas Investindo Maximilianus Nicodemus mengatakan pemangkasan suku bunga acuan BI akan memberikan dampak positif bagi pasar saham. Terlebih lagi, di tengah situasi dan kondisi saat ini ketika terjadi perlambatan ekonomi di Indonesia. 

"Oleh sebab itu, dibutuhkan dorongan kebijakan dari Bank Indonesia dengan memangkas tingkat suku bunganya," kata Nico kepada Bisnis pada Rabu (21/5/2025).

Dengan pemangkasan tingkat suku bunga acuan, maka akan mendorong daya beli dan konsumsi. Selain itu, penurunan suku bunga acuan akan meningkatkan pinjaman serta diharapkan dapat mengakselerasi perekonomian. 

"Dengan pemangkasan tingkat suku bunga, pasar saham akan mengalami kenaikkan secara harga karena akan mendorong investasi ke aset-aset yang berisiko," tutur Nico.

Menurutnya, sejumlah sektor saham yang berpotensi terdongkrak oleh penurunan suku bunga acuan adalah perbankan, properti, otomotif, dan sektor konsumer. 

Akan tetapi, pasar saham Indonesia masih akan menghadapi sejumlah tantangan ke depan. Sentimen global yakni kebijakan penundaan tarif impor AS yang akan selesai dalam beberapa bulan mendatang menjadi penentu. Tensi geopolitik pun masih belum kunjung usai dan masih terdapat potesi kenaikkan inflasi.

Nico Demus menambahkan penurunan suku bunga ini menjadi dukungan dari Bank Indonesia terhadap perekonomian Indonesia dan sangat dinantikan oleh pelaku pasar dan investor. Dia meyakini penurunan BI Rate juga akan menarik minat investor asing ke pasar saham Indonesia. 

"Baik pasar saham maupun obligasi akan merespons positif keputusan tersebut karena mendorong perekonomian ke depannya," ujar Nico.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper