Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pengelola KFC Indonesia PT Fast Food IndonesiaTbk. (FAST) mendapatkan restu dari para pemegang sahamnya untuk melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement sebesar Rp80 miliar.
Aksi korporasi itu disetujui oleh para pemegang saham FAST melalui RUPS Luar Biasa (RUPSLB) hari ini, Jumat (16/5/2025).
Direktur Fast Food Indonesia Dio May Avico menerangkan penambahan modal itu akan diberikan oleh PT Gelael Pratama dan emiten grup Salim PT Indoritel Makmur International Tbk. (DNET) melalui skema private placement.
Dio mengungkaplan dana Rp80 miliar yang akan diperoleh perseroan dari suntikan modal itu akan digunakan untuk perbaikan working capital. Perseroan mencatat modal kerja bersih negatif sebesar Rp1,67 miliar per Desember 2024.
”Jadi dana Rp80 miliar yang ditempatkan oleh dua pemegang saham itu akan digunakan untuk membayar kewajiban lancar dan juga upaya untuk efisiensi,” kata Dio saat ditemui Bisnis di Jakarta, Jumat (16/5/2025).
Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), FAST akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 533,33 juta saham baru, dengan harga pelaksanaan sebesar Rp150 per saham.
Seluruh dana yang diperoleh dari penerbitan saham akan digunakan untuk keperluan modal kerja perseroan, dengan rincian Rp52 miliar akan digunakan untuk pembelian persediaan dan pembayaran beberapa kewajiban lancar. Kemudian, dana yang diperoleh sebanyak Rp28 miliar akan digunakan untuk biaya operasional efisiensi karyawan.
Setelah private placement, kepemilikan saham FAST oleh PT Gelael Pratama akan meningkat menjadi 41,18% dari sebelumnya 40%. Sementara itu, DNET akan menggenggam 37,51% saham FAST setelah private placement dari sebelumnya 35,84%. Di sisi lain, kepemilikan saham investor lain berisiko terdilusi 11,79%.
Dengan terlaksananya private placement, struktur permodalan FAST akan meningkat dari sebelumnya Rp127,7 juta menjadi Rp207,7 juta. Kemudian rasio liabilitas dibandingkan dengan ekuitas FAST juga akan menjadi lebih baik dari sebelumnya 26,63 kali menjadi 15,99 kali.
Transaksi FAST dengan dua penyuntik modalnya diperkirakan rampung paling lambat pada 20 Juni 2025.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.