Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Nantikan Perundingan Dagang AS-China, Harga Emas Menguat

Harga emas global di pasar spot tercatat naik 0,9% ke level US$3.392,90 per troy ounce siang ini.
Pegawai menunjukan emas batangan di kantor cabang Pegadaian di Depok, Jawa Barat, Selasa (6/5/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menunjukan emas batangan di kantor cabang Pegadaian di Depok, Jawa Barat, Selasa (6/5/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas menguat pada perdagangan Kamis (8/5/2025) setelah Federal Reserve memperingatkan meningkatnya risiko terhadap ekonomi AS, termasuk tekanan inflasi dan pasar tenaga kerja yang melemah.

Sementara itu, investor menanti hasil perundingan dagang tingkat tinggi antara Amerika Serikat dan China yang dijadwalkan akhir pekan ini.

Melansir Reuters, harga emas di pasar spot tercatat naik 0,9% ke level US$3.392,90 per troy ounce pada pukul 12.16 WIB. Kontrak berjangka emas AS juga menguat 0,2% ke level US$3.399,80.

“Pasar emas saat ini sangat terpengaruh oleh pernyataan The Fed yang mempertahankan suku bunga namun memberi sinyal bahwa risiko inflasi dan pengangguran meningkat,” kata analis komoditas senior Reliance Securities Jigar Trivedi.

The Fed pada Rabu memutuskan untuk menahan suku bunga, namun mengakui bahwa risiko tekanan inflasi dan pengangguran kian membayangi perekonomian, terlebih setelah dampak kebijakan tarif yang dicanangkan Presiden Donald Trump mulai terasa.

Trump sebelumnya mengatakan bahwa China yang menginisiasi pembicaraan dagang tingkat tinggi yang akan datang. Ia juga menegaskan tidak akan menurunkan tarif impor sebagai syarat agar Beijing bersedia bernegosiasi.

Analis pasar keuangan Capital.com Kyle Rodda mengatakan retorika keras Trump terhadap China turut memengaruhi sentimen pasar emas.

“Ini memperkuat dua narasi utama: perlambatan ekonomi AS dan tren dedolarisasi,” jelasnya.

Menurut laporan The New York Times, Trump diperkirakan akan mengumumkan kesepakatan dagang dengan Inggris pada Kamis.

Sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakstabilan politik dan keuangan, emas biasanya mendapat dorongan dalam kondisi suku bunga rendah.

Dari sisi geopolitik, ketegangan kembali meningkat di Asia Selatan setelah India melancarkan serangan ke wilayah Pakistan dan Kashmir pada Rabu, menyusul pembunuhan wisatawan di Kashmir bulan lalu.

Pakistan bersumpah akan membalas, dan mengklaim telah menembak jatuh lima pesawat tempur India.

“Jika eskalasi ini terus berkembang, besar kemungkinan harga emas akan kembali melonjak dan mungkin melampaui rekor tertinggi sebelumnya,” kata Direktur Pelaksana GoldSilver Central Brian Lan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper