Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Garuda Indonesia (GIAA) Catatkan Kerugian Rp1,26 Triliun Kuartal I/2025

Kerugian maskapai penerbangan pelat merah ini menyusut dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$87,03 juta atau Rp1,44 triliun.
Garuda Indonesia (GIAA) mengoperasikan livery tematik Pikachu Jet GA-1 yang diaplikasikan pada pesawat Boeing 737-800 NG./Garuda Indonesia
Garuda Indonesia (GIAA) mengoperasikan livery tematik Pikachu Jet GA-1 yang diaplikasikan pada pesawat Boeing 737-800 NG./Garuda Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) membukukan rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$76,48 juta atau Rp1,26 triliun (asumsi kurs Rp16.603 per dolar AS) per kuartal I/2025.

Berdasarkan laporan keuangan, kerugian maskapai penerbangan pelat merah ini menyusut dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$87,03 juta atau Rp1,44 triliun. 

Penyusutan kerugian GIAA didorong oleh kinerja pendapatan usaha yang naik 1,62% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$723,56 juta atau Rp12,01 triliun pada kuartal I/2025, dibandingkan US$711,98 juta atau Rp11,82 triliun pada kuartal I/2024.

Raupan pendapatan usaha GIAA dikontribusikan terbesar dari operasi penerbangan US$668,56 juta. Kemudian, segmen usaha jasa pemeliharaan pesawat menyumbang pendapatan usaha sebesar US$95,36 juta. Lalu, pendapatan dari operasi lain-lain sebesar US$93,7 juta.

Adapun, GIAA mencatatkan beban usaha yang naik 2,19% yoy menjadi US$718,35 juta pada tiga bulan pertama 2025, dibandingkan US$702,92 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

Setelah diakumulasi dengan pendapatan serta beban usaha lainnya maka rugi sebelum pajak GIAA mencapai US$88,73 juta, menyusut dibandingkan rugi sebelum pajak pada periode yang sama tahun sebelumnya US$100,76 juta.

Dalam laporan keuangan, Manajemen Garuda Indonesia menjelaskan pertumbuhan atas fundamental bisnis didukung oleh keberhasilan grup dalam melakukan restrukturisasi utangnya yang dituangkan dalam keputusan homologasi pada 27 Juni 2022.

Saat restrukturisasi, GIAA memperoleh pendanaan sejumlah Rp7,5 triliun dan Rp725 miliar yang berasal dari penyertaan modal negara atau PMN, serta PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA).

Untuk periode yang berakhir pada 31 Maret 2025, GIAA pun mencapai laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi alias EBITDA positif sebesar US$197 juta. 

Namun, GIAA masih berkutat dengan ekuitas negatif, di mana liabilitas GIAA melebihi asetnya. Tercatat, aset GIAA mencapai US$6,45 miliar per kuartal I/2025. Sementara, liabilitas GIAA mencapai US$7,88 miliar. 

Alhasil, ekuitas negatif GIAA mencapai US$1,43 miliar pada periode yang berakhir 31 Maret 2025.

"Hal-hal tersebut mengindikasikan adanya unsur ketidakpastian yang material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan grup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya," tulis Manajemen GIAA di laporan keuangannya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper