Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini, Kamis 24 April 2025

Rupiah dibuka melemah ke posisi Rp16.881 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Kamis (24/4/2025).
Karyawan memperlihatkan mata uang Rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Selasa (12/11/2024)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan memperlihatkan mata uang Rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Selasa (12/11/2024)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Live Timeline

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp16.881 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (24/4/2025).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka pada perdagangan dengan turun 0,06% atau 10 poin ke posisi Rp16.881 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terlihat melemah 0,28% ke posisi 99,563.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,49%, dolar Hong Kong menguat 0,02%, peso Filipina menguat 0,12%, dolar Singapura menguat 0,12%, dan baht Thailand menguat 0,19%.

Lalu mata uang lainnya, won Korea melemah 0,18%, rupee India melemah 0,27%, yuan China melemah 0,14%, ringgit Malaysia melemah 0,07%, dan dolar Taiwan melemah sebesar 0,07%.

Pengamat Forex Ibrahim Assuaibi telah memprediksi bahwa mata uang rupiah pada hari ini, Kamis (24/4/2025) akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp16.860-Rp16.940.

Dia mengatakan sebelumnya pada perdagangan kemarin, Rabu (23/4/2025) mata uang rupiah ditutup melemah 12 poin ke level Rp16.871 setelah sebelumnya melemah 25 poin ke level Rp16.859.

Ibrahim mengatakan bahwa Bank Indonesia (BI) melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) April 2025 yang digelar pada Selasa (22/4/2025) dan Rabu (23/4/2025) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan tetap pada level 5,75%.

Suku bunga deposit facility tetap berada pada level 5%, begitu pula suku bunga lending facility yang diputuskan untuk tetap berada pada level 6,5%.

Dia mengatakan bahwa penyebab BI mempertahankan suku bunga, disebabkan ketidakpastian ekonomi global yang dipicu tensi perang dagang. Agresifnya eskalasi tit-for-tat, atau strategi saling membalas, antara Amerika Serikat (AS) dan China dalam penentuan tarif impor antara kedua negara, semakin memperburuk ketidakpastian global.

Selain itu, dia mengungkap kekhawatiran terkait tingkat inflasi dalam negeri walaupun data terkini menunjukkan bahwa inflasi masih berada di bawah rentang target BI, tekanan deflasi yang terjadi selama beberapa bulan terakhir cenderung bersifat temporer setelah berakhirnya program subsidi tarif diskon listrik.

Ibrahim mengatakan bahwa inflasi juga diprediksi akan meningkat secara perlahan seiring dengan berakhirnya diskon tarif angkutan udara untuk periode libur Idulfitri.

Menurutnya, peningkatan permintaan agregat dan mobilitas masyarakat menyusul berbagai hari raya keagamaan dan periode cuti bersama di bulan-bulan mendatang turut berpotensi memberikan tekanan inflasi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper