Bisnis.com, JAKARTA —Investor asing kabur dari pasar saham Indonesia dengan mencatat jual bersih (net sell) sebanyak Rp3,87 triliun pada perdagangan kemarin, Selasa (8/4/2025), usai perdagangan dibuka kembali selepas libur Lebaran. Deretan saham seperti bank jumbo banyak dilego asing.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar saham Indonesia mencatatkan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp3,87 triliun. Alhasil, net sell asing sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD) atau sejak perdagangan perdana 2025 mencapai Rp33,79 triliun.
Sejumlah saham mencatatkan net sell jumbo dalam sehari perdagangan. Saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) misalnya mencatatkan net sell asing sebesar Rp1,4 triliun pada perdagangan kemarin. Alhasil, net sell asing BMRI mencapai Rp7,28 triliun sepanjang 2025.
Kemudian, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) mencatatkan net sell asing sebesar Rp1 triliun. Alhasil, net sell asing BBRI sepanjang 2025 menjadi Rp3,76 triliun.
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mencatatkan net sell asing sebesar Rp875,85 miliar pada perdagangan kemarin. Dengan begitu, net sell asing BBCA mencapai Rp11,3 triliun sepanjang 2025.
Selain saham bank jumbo, sejumlah saham lainnya banyak dijual asing pada perdagangan kemarin. Saham PT United Tractors Tbk. (UNTR) misalnya mencatatkan net sell asing sebesar Rp184,88 miliar dan PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) mencatatkan net sell asing sebesar Rp73,3 miliar pada perdagangan kemarin.
Seiring dengan larinya dana asing, indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatatkan penurunan sebesar 7,90% atau 514,47 poin menuju posisi 5.996,1 pada penutupan perdagangan kemarin.
IHSG sempat anjlok 9,19% ke level 5.912,06 setelah pembukaan kembali pasca libur Lebaran. BEI pun mengumumkan pembekuan sementara perdagangan saham sejak pukul 09:00 hingga 09:30 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) tanpa ada perubahan jadwal perdagangan.
Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan telah memproyeksikan aliran dana asing akan kembali keluar deras dari pasar saham Indonesia pada kuartal II/2025. Faktor pendorongnya adalah sentimen negatif kebijakan tarif impor AS yang telah diresmikan Presiden Donald Trump.
Sebagaimana diketahui, tarif impor AS telah resmi diumumkan oleh Donald Trump pada Rabu pekan lalu (2/4/2025), waktu setempat. Seluruh negara diganjar tarif impor 10%, sedangkan beberapa negara turut dikenakan tarif resiprokal (reciprocal tariffs) lebih tinggi berdasarkan hambatan perdagangan dengan AS.
"Investor khususnya foreign pun mungkin masih akan keluar dari pasar domestik kita pada April ini khususnya, untuk memburu aset safe haven seperti emas, US Treasury, dan mata uang negara lain seperti yen dan franc swiss," ujar Felix kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu (7/4/2025).
Sementara, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai di tengah tekanan sentimen tarif Trump terhadap pasar saham, masih ada harapan masuknya dana asing.
"Sentimen Trump akan mereda, kalau pertumbuhan ekonomi global tercapai. Jadi tetap saja sentimennya temporer, market bereaksi positif jika sudah mendapatkan kesepakatan dalam hal tarif," ujar Nafan kepada Bisnis.
Kemudian, menurutnya saham-saham yang sebelumnya banyak dijual asing seperti bank jumbo akan menjadi penggerak IHSG dan penopang masuknya dana asing.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.