Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak WTI Anjlok ke Bawah US$60 per Barel Terimbas Produksi OPEC+ dan Tarif Trump

Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (7/4/2025) hingga pukul 06.30 WIB, harga minyak WTI anjlok 2,21 poin atau 3,57% ke posisi US$59,78 per barel.
Logo Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dalam drum minyak yang dipamerkan di KTT COP29, Baku, Azerbaijan pada Rabu (13/11/2024). / Bloomberg-Andrey Rudakov
Logo Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dalam drum minyak yang dipamerkan di KTT COP29, Baku, Azerbaijan pada Rabu (13/11/2024). / Bloomberg-Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak mentah di pasar komoditas global terus anjlok pada perdagangan Senin (7/4/2025) setelah memanasnya perang dagang dan keputusan Arab Saudi memangkas harga minyak mereka. 

Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (7/4/2025) hingga pukul 06.30 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) anjlok ke level di bawah US$60 per barel. 

Minyak WTI turun 2,21 poin atau 3,57% ke posisi US$59,78 per barel. Sementara itu, minyak Brent merosot 2,21 poin atau 3,37% ke level US$63,37 per barel. 

Koreksi harga minyak Brent itu melanjutkan kejatuhan sebesar 11% pada pekan lalu. 

Seperti dilansir Bloomberg, produsen minyak mentah Arab Saudi, Saudi Aramco akan memangkas harga Arab Light kepada pembeli di Asia sebesar US$2,2 per barel pada Mei 2025.

Arab Saudi juga memberikan diskon harga terhadap konsumen di AS dan Eropa meski nilainya lebih kecil dari pembeli Asia. Langkah itu dilakukan beberapa hari setelah OPEC+ mengumumkan kenaikan produksi yang tidak diperkirakan sebelumnya. 

China—pembeli minyak mentah terbesar di dunia—telah mengumumkan tarif retaliasi terhadap barang-barang impor dari Amerika Serikat. Di sisi lain, pejabat pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menepis kekhawatiran investor terkait lonjakan inflasi dan resesi ekonomi akibat penerapan tarif impor ke negara-negara mitra dagang AS. 

Anjloknya harga minyak bersama dengan komoditas industri, pertanian, dan pasar saham menjadi gambaran bahwa minat investor terhadap aset-aset berisiko terus merosot. 

“Harga minyak yang anjlok dibebani oleh kejutan aliansi OPEC+ untuk meningkatkan produksi lebih dari ekspektasi. Kombinasi dari risiko terhadap permintaan minyak dan tambahan produksi telah memantik kekhawatiran tentang potensi surplus minyak global,” seperti dilansir Bloomberg.

Bloomberg mencatat Presiden Trump pernah menekan OPEC+ untuk memangkas harga minyak. Menurut Trump, hal itu diperlukan untuk menurunkan inflasi dan menekan Russia sehingga perang dengan Ukraina dapat berakhir.  

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ana Noviani
Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper