Bisnis.com, JAKARTA - Korea Selatan akan mencabut larangan transaksi short selling mulai Senin (31/3/2025) setelah kebijakan perdagangan saham itu diberlakukan sejak 17 bulan lalu.
Melansir Bloomberg pada Minggu (30/3/2025), pengamat pasar menyebut bahwa manfaat jangka panjang dari dimulainya kembali praktik perdagangan populer tersebut akan jauh lebih besar daripada volatilitas jangka pendek.
Pasar saham Korea Selatan senilai US$1,7 triliun akan kembali terbuka untuk strategi short selling yang digunakan oleh dana lindung nilai dan bank investasi global mulai Senin besok.
Dibukanya kembali transaksi short-selling diharapkan dapat meningkatkan likuiditas secara keseluruhan dan membantu upaya Korea Selatan untuk ditingkatkan statusnya dari negara berkembang menjadi negara maju dalam pengukur ekuitas MSCI Inc., karena penyedia indeks tersebut telah menyerukan peningkatan akses bagi investor asing.
“Ini adalah peristiwa yang sangat berarti yang akan membuat Korea Selatan kembali menjadi pasar yang layak investasi bagi investor global. Korea Selatan akan menjadi pasar yang lebih matang," kata Jung In Yun, Kepala Eksekutif di Fibonacci Asset Management Global di Singapura.
Beberapa perusahaan, termasuk Pictet Asset Management, telah mengatakan bahwa mereka berencana untuk membeli lebih banyak saham Korea setelah larangan dicabut. Amundi SA memperkirakan pasar akan memperpanjang keuntungan baru-baru ini bahkan setelah short seller diizinkan lagi. Analis Citigroup awal bulan ini menaikkan target perusahaan untuk indeks saham Kospi sekitar 4%.
"Kami melihat pencabutan larangan short-selling sebagai katalis positif bagi Kospi, karena kami memperkirakan pencabutan tersebut akan mengarah pada peningkatan likuiditas pasar yang didorong oleh investasi asing," kata analis Citi termasuk Peter Lee dalam sebuah catatan.
Pihak berwenang Korea sebelumnya telah mencoba pelarangan parsial sebelum kebijakan terbaru pada November 2023 yang sepenuhnya melarang penjualan short-selling untuk semua perusahaan yang terdaftar. Mulai Senin besok, investor dapat menjual saham pinjaman dari sekitar 2.800 saham yang diperdagangkan di Seoul.
Dalam memberlakukan larangan pada 2023, pihak berwenang mengutip perdagangan yang melanggar hukum, khususnya apa yang mereka sebut penjualan saham tanpa jaminan yang "merajalela", dan kebutuhan untuk memulihkan keadilan bagi investor ritel. Regulator sejak itu telah menyelidiki dan menghukum bank-bank global.
Penjualan saham tanpa jaminan (naked short selling) — atau praktik menjual saham tanpa meminjamnya terlebih dahulu — akan tetap ilegal karena telah menjadi katalis utama larangan tersebut. Sistem pemantauan elektronik untuk mendeteksi perdagangan semacam itu juga akan online pada hari Senin.
Adapun, transaksi short-selling menyumbang sekitar 5% dari total omzet Kospi pada 2023 sebelum larangan pada bulan November tahun itu, menurut data bursa yang dihitung oleh Bloomberg.