Bisnis.com, JAKARTA -- Era regulator baru di Amerika Serikat (AS) membawa potensi pertumbuhan baru bagi ekosistem kripto dunia, termasuk di Indonesia.
Di AS, Cboe BZX Exchange Inc. meminta regulator untuk membuka pintu bagi staking di sejumlah dana yang diperdagangkan di bursa berbasis Ether, bergabung dengan platform lain dalam perlombaan bagi investor untuk berpotensi memperoleh pendapatan pasif dari kepemilikan kriptonya.
Pengajuan Cboe ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS memohon persetujuan staking untuk Dana Ethereum Fidelity. Perusahaan sebelumnya telah mengajukan dokumen serupa untuk ETF 21Shares Core Ethereum. Bursa lain, NYSE Arca Inc., telah meminta regulator untuk opsi staking pada produk Ethereum dari Grayscale Investments.
Sementara itu, perusahaan kripto Bitwise sedang menjajaki kemungkinan mengajukan sesuatu yang serupa di NYSE.
“ETP harus melakukan staking. Kami telah melihat di Eropa bahwa ETP staking berhasil dan membantu meningkatkan laba investor serta meningkatkan keamanan jaringan,” kata Matt Hougan dari Bitwise dikutip dari Bloomberg, Jumat (14/3/2025).
Bitwise membeli layanan staking Ethereum pada akhir tahun lalu. “Itu adalah sesuatu yang sedang kami kerjakan secara agresif di AS."
Baca Juga
Staking kripto adalah proses mengunci aset kripto untuk memvalidasi transaksi pada blockchain. Sebagai imbalan, pemegang aset kripto akan mendapatkan imbalan dalam bentuk aset kripto tambahan. Prosesnya mirip seperti deposito dalam perbankan.
Gerakan untuk mengizinkan staking semakin menguat seiring pemerintahan Trump merangkul industri aset digital dan menjanjikan dukungan berkelanjutan untuknya.
Menurut data dari perusahaan kripto Triple-A, jumlah pemilik aset kripto secara global telah mencapai 560 juta orang pada tahun 2024. Sedangkan di Indonesia, data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga tahun 2024, terdapat 22,11 juta investor kripto, yang berarti tingkat penetrasi aset kripto di Indonesia masih berada di angka 7% dari total populasi.
Hal ini menunjukkan bahwa potensi pertumbuhan adopsi kripto di Indonesia masih sangat besar, menjadikan program edukasi semakin relevan dan dibutuhkan.
Di tengah pesatnya minat masyarakat terhadap investasi aset digital, PT Pintu Kemana Saja (Pintu) terus berkomitmen mendorong literasi mengenai aset kripto serta teknologi blockchain di Indonesia.
Sebagai bagian dari upaya itu, Pintu terus mengedukasi masyarakat termasuk berkolaborasi dengan PT Fintek Karya Nusantara (LinkAja) selaku penyedia jasa pembayaran berbasis server terkemuka di Indonesia.
Chief Marketing Officer Pintu Timothius Martin, mengungkapkan, terus memperluas program edukasi dan literasi aset kripto ke semua kalangan, salah satunya dengan mengambil inisiatif dengan mengadakan program edukasi dan literasi langsung ke berbagai perusahaan.
"Kami harap dapat memberikan perspektif dan pemahaman lebih lanjut mengenai apa itu aset crypto dan teknologi di baliknya,” jelasnya.
Chief Executive Officer LinkAja Yogi Rizkian Bahar, menyambut baik program edukasi kripto, karena sebagai perusahaan yang turut bergerak di bidang finansial, wawasan seputar aset kripto juga cukup penting.
"Kami percaya bahwa kolaborasi ini dapat memperkaya perspektif kami, utamanya dalam menghadapi transformasi digital di industri fintech,” tuturnya.
Pemahaman yang baik tentang peluang serta risiko investasi aset kripto akan dapat membantu investor pemula hingga trader pro agar lebih bijak dalam menerapkan strategi investasi.
Ke depannya, Pintu terus berkomitmen memperluas program edukasi dan literasinya dan siap berkolaborasi dengan berbagai perusahaan di Indonesia untuk memberikan edukasi dan literasi aset kripto termasuk para pekerja kantor.