Permintaan dan Penawaran SBN
Investment Analyst PT Capital Asset Management Martin Aditya juga mengatakan para investor global maupun domestik sudah berekspetasi dengan melihat realisasi defisit APBN seiring yield obligasi yang sudah menanjak sejak awal Februari 2025.
Investor pun menurutnya masih mengkhawatirkan berlanjutnya defisit APBN yang lebih lebar ke depan. Alhasil, dengan kondisi defisit APBN tersebut, akan ada kebutuhan penerbitan surat berharga negara (SBN) yang lebih besar dari rencana.
Adapun, seiring dengan kondisi tersebut menurutnya defisit APBN pemerintah kemungkinan akan meningkatkan supply SBN.
"Ini [peningkatan supply SBN] dikhawatirkan dapat berpotensi menekan harga obligasi karena pasar secara tidak langsung menyerap lebih banyak, sehingga dapat berdampak pada kenaikan yield SBN, terutama yang tenor panjang," kata Martin kepada Bisnis pada Kamis (13/3/2025).
Kemudian terdapat kekhawatiran permintaan SBN tidak sebanding dengan permintaan, sebab yield obligasi di AS lebih menarik bagi investor asing.
Di sisi lain, menurutnya minat investor asing maupun domestik terhadap pasar surat utang di Indonesia masih cukup menarik dibandingkan negara lainnya pada emerging markets. Sebab, pasar surat utang Indonesia memiliki yield yang kompetitif dengan perekonomian yang dapat dibilang masih cukup stabil.
"Secara inflow masih terdapat inflow pada pasar surat utang. Investor domestik seperti perbankan, asuransi, reksa dana dan dana pensiun masih akan terus membutuhkan instrumen pendapatan tetap terutama pada obligasi pemerintah karena lebih likuid dan memiliki yield yang menarik," jelasnya.
Akan tetapi, kemungkinan besar investor asing akan sedikit berhati-hati karena menunggu kejelasan arah kebijakan fiskal pemerintah.