Investment Analyst PT Capital Asset Management Martin Aditya mengatakan penurunan peringkat pasar saham Indonesia, termasuk juga pasar obligasi didorong karena kekhawatiran defisit fiskal yang semakin melebar. Sepanjang 2024, defisit fiskal mencapai Rp507,8 triliun setara dengan 2,29% dari PDB dan lebih besar dibandingkan 2023 sebesar 1,65% dari PDB.
Kemudian belakangan ini terlalu banyak kasus tata kelola yang cukup berantakan di jajaran pemerintahan maupun di BUMN. Selain itu nilai tukar rupiah juga cukup masih melemah masih di atas level Rp16.000 per dolar AS. Padahal indeks dolar AS sudah melemah cukup dalam.
"Untuk pasar saham maupun obligasi pemerintah ke depan tampaknya masih akan mengalami pelemahan, sehingga masih cukup berjuang seiring dengan timbulnya perang dagang global yang semakin memanas yang pada akhirnya memengaruhi nilai tukar," katanya kepada Bisnis pada Senin (10/3/2025).
Ke depan, IHSG bisa menguat didorong oleh sejumlah kondisi. "Momen penurunan suku bunga menjadi kunci dan berbagai stimulus yang diberikan pemerintah untuk meningkatkan daya beli masyarakat," ujar Martin.