Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah dibuka melemah ke posisi Rp16.345 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Jumat (7/3/2025).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka pada perdagangan dengan turun 0,03% atau 5,5 poin ke posisi Rp16.345 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terlihat melemah 0,03% ke posisi 104,150.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,03%, won Korea menguat 0,09%, dan dolar Singapura menguat 0,01%.
Sementara itu, mata uang lainnya yakni rupee India melemah 0,18%, dolar Taiwan melemah sebesar 0,06%, baht Thailand melemah 0,31%, dolar Hong Kong melemah 0,02%, peso Filipina melemah 0,08%, ringgit Malaysia melemah 0,21%, dan yuan China melemah sebesar 0,03%.
Pengamat Forex Ibrahim Assuaibi telah memprediksi bahwa pada perdagangan hari ini, Jumat (7/3/2025), mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp16.320-Rp16.370.
Sementara itu, pada perdagangan kemarin, Kamis (6/3/2025) mata uang rupiah ditutup melemah 27 poin ke level Rp16.339 setelah sebelumnya menguat 50 poin ke level Rp16.312.
Ibrahim mengatakan bahwa deflasi terjadi pada Januari dan Februari 2025, karena kebijakan diskon tarif listrik bagi pelanggan dengan daya di bawah 2.200 VA. Daya beli masyarakat masih belum sepenuhnya pulih. Walaupun terjadi deflasi, pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi RI pada 2025 diperkirakan sebesar 5,1%.
Dia menjelaskan dengan terjadinya deflasi selama dua bulan pada awal 2025, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuan. Meski begitu, langkah menurunkan BI Rate itu masih dibayangi kondisi kurs rupiah yang rentan dan sempat terjatuh paling dalam sejak pandemi Covid-19.
Lebih lanjut, dari global, Ibrahim mengatakan bahwa Gedung Putih mengumumkan pengecualian selama satu bulan tarif baru sebesar 25% yang dikenakan pada impor kendaraan dari Meksiko dan Kanada. Namun, Presiden AS Donald Trump tidak membuat pengecualian tarif 20% terhadap China, yang memicu kemarahan dan pembalasan dari Beijing.
"Sumber yang mengetahui diskusi tersebut mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump dapat menghapus tarif 10% pada impor energi Kanada, seperti minyak mentah dan bensin, yang mematuhi perjanjian perdagangan yang ada," katanya dalam keterangan, Kamis (6/3/2025).
Dia mengungkap bahwa Gedung Putih mengumumkan Trump terbuka untuk mempertimbangkan lebih banyak terkait pengecualian tarif. Laporan Bloomberg menunjukkan bahwa Trump berencana untuk mengecualikan produk pertanian tertentu dari tarif yang dikenakan pada Kanada dan Meksiko.
Menurutnya, pasar sekarang sedang menunggu lebih banyak isyarat tentang suku bunga AS, dengan data utama penggajian nonpertanian untuk Februari yang akan dirilis pada Jumat ini.
"Setiap tanda-tanda kekuatan yang terus-menerus di pasar tenaga kerja memberi Federal Reserve lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, yang merupakan hal positif bagi dolar," tambahnya.