Bisnis.com, JAKARTA – Emiten properti Grup Jaya, PT Jaya Real Property Tbk. (JRPT) mencatatkan kenaikan laba bersih sepanjang tahun 2024 menjadi Rp1,13 triliun ditopang oleh peningkatan pendapatan usaha perseroan.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2024, JRPT meraih laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp1,13 triliun, naik 12,60% year-on-year (YoY) dibandingkan raihan tahun 2023 yang sebesar Rp1 triliun.
Alhasil laba per saham juga tercatat meningkat secara tahunan dari sebelumnya pada akhir 2023 Rp77,40 menjadi Rp87,57 per Desember 2024.
Sejalan dengan kenaikan laba bersih, pendapatan usaha JRPT juga tumbuh sebesar 17,75% YoY menjadi Rp2,94 triliun dibandingkan periode sama tahun sebelummnya Rp2,50 triliun. Realisasi ini ditopang utamanya oleh penjualan kavling tanah dan unit bangunan yang meraih Rp2,07 triliun atau meningkat 8,67% YoY. Sementara pendapatan usaha dari sewa menyumbang Rp361,22 miliar dan pendapatan dari pengelolaan lingkungan berkontribusi Rp198,98 miliar.
Seiring naiknya pendapatan, beban pokok JRPT sepanjang 2024 juga meningkat 25,99% menjadi Rp1,31 triliun dari sebelumnya Rp1,04 triliun per akhir Desember 2023.
Meski begitu, JRPT masih mampu mengakumulasikan laba bruto senilai Rp1,63 triliun sepanjang tahun lalu, meningkat 11,89% dibandingkan tahun 2023.
Baca Juga
Sementara itu, sepanjang tahun 2024, JRPT membukukan total aset sebesar Rp14,10 triliun atau meningkat 6,78% YoY, sementara liabilitas naik tipis 1,19% YoY menjadi Rp3,98 triliun, dan ekuitas mencapai Rp10,11 triliun atau tumbuh 9,16% secara tahunan.
Adapun arus kas setara kas pada akhir periode Desember 2023 mencapai Rp797,08 miliar atau melonjak sebesar 141,09% YoY dari posisi sebelumnya yakni Rp330,61 miliar.
Sebelumnya, Wakil Direktur Utama PT Jaya Real Property Tbk. (JRPT) Yohannes Hengky Wijaya optimistis bisnis proerti akan berangsur pulih meski era suku bunga tinggi belum berakhir dan daya beli masyarakat yang melemah.
Hengky mengaku, dalam beberapa waktu belakangan tren penjualan properti memang mengalami penurunan. Namun demikian, kondisi pelemahan tersebut masih dalam batas wajar.
“Pasti gitu ya [sektor properti terdampak tren suku bunga tinggi]. Jadi sama seperti bisnis-bisnis lain, selalu ada siklusnya. Ada siklus baik, siklus nanti turun,” jelasnya di sela-sela peresmian layanan Peningkatan Standar Pelayanan Minimum di Stasiun Jurangmangu, Sabtu (12/20/2024).
Hengky melanjutkan, dirinya optimis pemerintah akan terus melanjutkan pemangkasan suku bunga ke depan sehingga hal itu diharapkan dapat memberikan sentimen positif bagi bisnis sektor properti dalam negeri.
Dengan demikian, dirinya optimistis pada 2025 bisnis properti RI bakal berangsur pulih seiring dengan langkah fiskal yang bakal diambil pemerintah ke depan. “Kita selalu berdoa yang terbaik,” tambahnya.