Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp16.339 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (6/3/2025).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada perdagangan dengan turun 0,17% atau 27 poin ke posisi Rp16.339 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar juga melemah 0,14% ke posisi 104,110.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,44%, peso Filipina menguat 0,04%, dan ringgit Malaysia menguat 0,16%.
Sementara itu, mata uang lainnya yakni won Korea melemah 0,01%, rupee India melemah 0,12%, dolar Taiwan melemah sebesar 0,22%, baht Thailand melemah 0,38%, dolar Hong Kong melemah 0,02%, yuan China melemah sebesar 0,09%, dan dolar Singapura melemah 0,11%.
Pengamat Forex Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa pada perdagangan sore ini, Kamis (6/3/2025) mata uang rupiah ditutup melemah 27 poin ke level Rp16.339 setelah sebelumnya menguat 50 poin ke level Rp16.312.
Kemudian untuk perdagangan besok, Jumat (7/3/2025), dia memprediksi bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp16.320-Rp16.370.
Baca Juga
Ibrahim mengatakan bahwa Gedung Putih mengumumkan pengecualian selama satu bulan dari tarif baru sebesar 25% yang dikenakan pada impor kendaraan dari Meksiko dan Kanada. Namun, Presiden AS Donald Trump tidak membuat pengecualian tarif 20% terhadap China, yang memicu kemarahan dan pembalasan dari Beijing.
"Sumber yang mengetahui diskusi tersebut mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump dapat menghapus tarif 10% pada impor energi Kanada, seperti minyak mentah dan bensin, yang mematuhi perjanjian perdagangan yang ada," katanya dalam keterangan, Kamis (6/3/2025).
Dia mengungkap bahwa Gedung Putih mengumumkan Trump terbuka untuk mempertimbangkan lebih banyak terkait pengecualian tarif. Laporan Bloomberg menunjukkan bahwa Trump berencana untuk mengecualikan produk pertanian tertentu dari tarif yang dikenakan pada Kanada dan Meksiko.
Menurutnya, pasar sekarang sedang menunggu lebih banyak isyarat tentang suku bunga AS, dengan data utama penggajian nonpertanian untuk Februari yang akan dirilis pada Jumat ini.
"Setiap tanda-tanda kekuatan yang terus-menerus di pasar tenaga kerja memberi Federal Reserve lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, yang merupakan hal positif bagi dolar," tambahnya.