Bisnis.com, JAKARTA — JP Morgan memandang pelemahan rupiah menjadi salah satu sentimen yang mempengaruhi pasar modal Indonesia di awal tahun ini. Menurut JP Morgan, setiap 1% pelemahan rupiah akan menurunkan pendapatan perusahaan sebesar 0,5%.
Executive Director JP Morgan Indonesia Henry Wibowo mengatakan pasar modal sangat terpengaruh oleh dinamika yang terjadi secara global. Dengan adanya Trump 2.0, dampak utamanya terhadap Indonesia adalah terhadap rupiah.
"Karena kami pernah melakukan sensitivity analysis terhadap pasar modal terutama di pasar ekuitas. Setiap 1% pelemahan rupiah terhadap dolar AS, dampaknya adalah 0,5% terhadap pertumbuhan pendapatan perusahaan," kata Henry di Jakarta, Kamis (21/2/2025).
Dengan hal tersebut, jika rupiah melemah sekitar 5% maka pertumbuhan pendapatan korporasi kira-kira akan turun sekitar 2,5%.
Henry menuturkan Indonesia menjadi salah satu negara yang dirugikan dengan pelemahan rupiah. Hal sebaliknya terjadi dengan negara seperti Jepang karena ekspor perusahaan Jepang menjadi jauh lebih baik.
"Tapi untuk Indonesia ketika mata uang kita melemah, itu dampaknya negatif terhadap pendapatan korporasi, dampaknya tidak baik terhadap pasar modal secara keseluruhan. Jadi secara eksternal, long story short, itu rupiah yang harus kita lihat," ucap Henry.
Selain itu, salah satu yang mempengaruhi pasar modal menurut JP Morgan adalah konsumsi domestik Indonesia. Menurutnya, komposisi PDB hampir 60% datang dari konsumsi domestik. Dengan demikian, pelaku pasar modal harus melihat pemulihan mass market consumption.
Henry mencermati selama 3 tahun terakhir, tren konsumsi di Indonesia di kalangan menengah dan menengah ke atas berjalan dengan baik. Akan tetapi, konsumsi pada mass market kurang baik.
"Harapannya adalah dengan beberapa stimulus, beberapa kebijakan pemerintah yang baru, itu dapat mendorong mass market consumption tersebut. Agar kita bisa pulih dan harapannya bisa mendorong pertumbuhan," tuturnya.
Adapun JP Morgan memandang sektor consumer staples dan consumer discretionary dapat dijadikan pilihan bagi investor untuk berinvestasi di tahun ini. Menurut Henry, sektor konsumsi akan ditopang dari kebijakan pemerintah yang mendukung daya beli.
Dia juga menyebut sektor konsumsi merupakan sektor yang cukup defensif, karena berorientasi pada domestik atau dalam negeri. Sementara itu, sektor perbankan menurutnya saat ini masih cukup sensitif terhadap sentimen global yang terjadi.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.