Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Ririek Adriansyah menuturkan industri telekomunikasi di manapun saat ini tengah berada dalam tekanan.
Bos TLKM itu menuturkan siklus teknologi yang jauh lebih cepat memberikan tekanan tersendiri terhadap industri telekomunikasi.
"Indutsri telko di market manapun selalu di bawah tekanan karena kalau dilihat sekarang siklus teknologinya itu jauh lebih cepat. Itu memberikan tekanan sendiri karena kebutuhan belanja modal kami, incrimental depresiasi jauh lebih tinggi daripada incrimental revenue kami," kata Ririek di Jakarta, Selasa (18/2/2025).
Adapun, incrimental depresiasi merupakan peningkatan biaya penyusutan yang terjadi akibat investasi baru dalam aset tetap, atau perubahan metode depresiasi. Sebaliknya, incrimental revenue merupakan pendapatan ekstra yang dihasilkan di luar pendapatan yang sudah ada.
Ririek melanjutkan, dengan kondisi ini, diperlukan konsolidasi pada sektor telekomunikasi. Dia juga menyebut konsolidasi antara XL Axiata (EXCL) dengan Smartfren Telecom (FREN) akan menjadi konsolidasi terakhir di level perusahaan telekomunikasi.
"Karena setelahnya akan berat konsolidasi karena kita tidak tahu apakah konsolidasi EXCL dan ISAT dimungkinkan," ucap Ririek.
Ririek menjelaskan yang akan terjadi adalah konsolidasi di level bawah atau pada infrastruktur telekomunikasi. Ririek memandang konsolidasi ini memberikan efisiensi dan fokus untuk mengembangkan berbagai sumber pertumbuhan baru.
"Seperti konsolidasi data center, di antaranya. Kami harus fokus karena kami harus bersaing dengan pelaku lain, baik di sini maupun di luar," tuturnya.
Ririek berharap hal tersebut bisa meningkatkan valuasi data center milik perseroan. Menurut Ririek, hal-hal tersebut sudah dilakukan TLKM melalui program 5 Bold Moves.
Hingga akhir September 2024, TLKM mencetak pendapatan data center dan cloud mencapai Rp1,5 triliun atau tumbuh 9,8% YoY.
TLKM memiliki total kapasitas 42 MW di 33 data center, yang terdiri dari 28 lokasi di Indonesia dan 5 lokasi di 3 negara lainnya yaitu Singapura, Hong Kong, dan Timor Leste. Rata-rata utilization rate data center tersebut sebesar 70% dari berbagai segmen pelanggan, seperti pemerintah, perbankan, perusahaan, dan hyperscaler internasional.
Telkom melalui anak usahanya, PT Telkom Data Ekosistem (NeutraDC), tengah berfokus pada ekspansi kapasitas di Hyperscale Data Center Cikarang sebesar 18 MW.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.