Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan indeks LQ45 yang menaungi saham-saham paling likuid di Bursa Efek Indonesia tercatat masih lesu sejak awal tahun 2025 seiring dengan pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG). Meski melemah, saham-saham blue chips tercatat masih potensial untuk menguat.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisory Ekky Topan mengatakan pelemahan saham-saham blue chips terjadi karena keluarnya dana asing dari indeks akibat kekhawatiran perang dagang.
"Jadi saham-saham utama yang biasa dimiliki asing terkoreksi cukup dalam," kata Ekky, Senin (17/2/2025).
Dia melanjutkan, indeks LQ45 masih mempunyai peluang untuk penguatan. Hal ini selain karena valuasi yang sudah cukup murah, penurunan harga saat ini lebih besar karena unsur kekawatiran sentimen negatif global.
Penurunan harga saham yang terjadi saat ini menurutnya bukan karena fundamental perusahaan yang memburuk.
Dengan hal tersebut, menurut Ekky penurunan saat ini merupakan momentum untuk mengakumulasi saham-saham blue chip, yang berpotensi masih bertumbuh ke depannya. Selain itu, lanjutnya, momentum dividen beberapa bulan ke depan juga akan menjadi daya tarik saham blue chip.
"Saya rasa itu bisa jadi sentimen positif untuk jangka pendek," ujarnya.
Adapun untuk saham-saham blue chips yang menurutnya menarik saat ini adalah saham BBRI, INDF, dan ANTM.
Sebagai informasi, indeks LQ45 tercatat telah turun hingga 6,56% sejak awal tahun hingga 14 Feburari 2025. Penurunan ini tercatat lebih buruk dibandingkan penurunan IHSG yang terkoreksi 6,24% sejak awal tahun.
Berdasarkan data Bloomberg, saham ISAT menjadi saham dengan penurunan terdalam di indeks ini, yaitu sebesar 31,25% sejak awal tahun. Penurunan terdalam juga dialami saham ADMR yang melemah 30,83%, INCO turun 23,2%, dan UNVR yang melemah 22,28% sejak awal tahun.
Sementara itu, saham dengan peningkatan harga tertinggi di LQ45 adalah saham GOTO yang naik 15,71% sejak awal tahun, lalu BRIS naik 9,16%, dan saham SIDO menguat 5,08% secara year to date (YTD).
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.