Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka melemah ke level 7.022,23 pada perdagangan awal pekan ini, Senin (3/2/2025). Harga saham bank jumbo kompak dibuka jeblok.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG dibuka di posisi 7.087,75 pada perdagangan hari ini. IHSG kemudian melemah 1,22% menuju ke posisi 7.022,23 pada pukul 09.05 WIB.
Pada awal perdagangan, IHSG bergerak di rentang terbawah 7.015,24 dan tertinggi 7.089,7. Adapun, kapitalisasi pasar alias market cap saat pembukaan mencapai Rp12.170 triliun. Terdapat 130 saham menguat dan 263 saham melemah.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, deretan saham bank jumbo yang mencatatkan nilai transaksi saham tinggi di pasar kompak lesu. Harga saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) misalnya turun 2,49% pada pembukaan perdagangan.
Lalu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) mencatatkan pelemahan harga saham 0,71% dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan pelemahan harga saham 1,59%.
Saham dengan nilai transaksi tinggi pun melemah. Harga saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI) misalnya anjlok 9,29% dan PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) melemah 2,12%.
Baca Juga
Pada perdagangan sebelumnya akhir pekan lalu, Jumat (31/1/2025), IHSG ditutup di zona hijau dengan menguat 0,50% ke level 7.109,2. Meskipun, IHSG masih melemah 0,75% sejak perdagangan perdana 2025 atau secara year to date (ytd).
Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan dalam risetnya menilai IHSG berpotensi fluktuatif pada awal pekan ini, sebelum berpotensi kembali ke minor bullish trend dengan resistance terdekat di level 7150-7200 pada pekan ini. Adapun, IHSG diproyeksikan mencapai level pivot di 7.100 serta level support di 7.050.
Terdapat sejumlah sentimen yang memengaruhi fluktuasi IHSG. Dari luar negeri, terdapat momen indeks-indeks Wall Street yang melemah dipengaruhi oleh antisipasi terhadap penerapan kebijakan tarif baru kepada sejumlah mitra dagang AS, khususnya Kanada, Mexico dan China pada 1 Februari 2025.
Dari dalam negeri, Foreign Direct Investment (FDI) membukukan pertumbuhan hingga 33,3% secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal IV/2024, jauh lebih tinggi dari realisasi kuartal III/2024 di 18,60% yoy.
Pasalnya, secara historis, realisasi investasi umumnya mengalami perlambatan saat transisi kepemimpinan. "Realisasi tersebut mengindikasikan optimisme investor terhadap 100 hari Prabowo-Gibran dan memvalidasi kondisi positif indikator-indikator makro lain di Desember 2024," tulis Valdy dalam risetnya pada Senin (3/2/2025).
Selain itu, pasar juga mengantisipasi data indeks manufaktur dan inflasi untuk periode Januari 2025. Inflasi total diperkirakan naik ke 1,88% yoy di Januari 2025 dari 1,57% yoy di Desember 2024. "Hal ini memperkuat keyakinan bahwa kondisi ekonomi yang lebih baik di Desember 2024 masih akan berlanjut sampai dengan kuartal I/2025," tulis Valdy.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.