Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas mengalami penurunan setelah pekan lalu hampir mendekati rekor tertinggi sepanjang masa. Pelemahan harga emas terjadi seiring dengan menguatnya dolar Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg pada Senin (27/1/2025), harga emas di pasar spot terpantau turun 0,39% menjadi US$2.759,79 per ons pada pukul 10.22 WIB. Begitu pun dengan emas berjangka comex AS melemah 0,65% menjadi US$2.788,40 per ons.
Sementara itu, indeks dolar AS terpantau mengalami penguatan sebesar 0,23 poin atau 0,21% menuju level 107,66. Hal itu seiring meningkatnya ketegangan antara AS dengan Kolombia, yang akibatnya memberikan tekanan pada harga emas.
Donald Trump diketahui memberlakukan tarif darurat sebesar 25% untuk semua barang dari Kolombia. Keputusan diambil usai Gustavo Petro, Presiden Kolombia, menolak izin dua pesawat militer AS membawa migran yang dideportasi.
“Kondisi ini memberikan tekanan pada pergerakan emas di sesi perdagangan awal, meskipun pengaruhnya terbatas” ujar Kepala Strategi Komoditas ING Group, Warren Patterson, dalam riset terbarunya, Senin (27/1/2025).
Padahal, kata Warren, harga emas mendekati rekor tertinggi pada akhir pekan lalu usai Donald Trump memberikan sinyal pendekatan yang lebih lunak terhadap China.
Dalam sebuah wawancara televisi, Trump mengungkapkan preferensinya untuk tidak menggunakan tarif kepada China sebagai bagian dari kebijakan perdagangan.
“Pernyataan tersebut alhasil melemahkan nilai dolar AS, yang pada gilirannya mendorong harga emas ke level yang lebih tinggi,” ungkap Warren.
Selain emas, komentar Trump juga berdampak signifikan pada pasar logam dasar. Tembaga, salah satu komoditas utama, mengalami lonjakan harga ke level tertinggi dalam dua bulan terakhir melampaui US$9.300 per ton pada akhir pekan lalu.
Menurut Warren, sikap Trump yang moderat terhadap China meredakan kekhawatiran pasar terkait potensi eskalasi perang dagang, setidaknya hingga saat ini.
“Kondisi pasar yang terjadi telah menunjukkan betapa sensitifnya harga komoditas terhadap dinamika kebijakan perdagangan global, terutama yang melibatkan dua kekuatan ekonomi terbesar dunia,” pungkasnya.