Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Lesu Meski Ramai IPO Jumbo, Simak Penyebabnya

MNC Sekuritas menilai pelemahan IHSG yang terjadi saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen eksternal, bukan besar kecilnya nilai emisi IPO.
Karyawan melihat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (3/12/2024). /  JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melihat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (3/12/2024). / JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Pasar modal Indonesia sejak akhir tahun lalu diramaikan dengan serangkaian Initial Public Offering (IPO) dengan nilai emisi jumbo. Namun, hal tersebut ternyata belum mampu mendorong laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG terpantau mengalami pelemahan 1,02% atau 71,9 poin ke level 7.016,88 pada penutupan perdagangan, Senin (13/1/2025). Sepanjang tahun berjalan 2025, indeks komposit juga masih tertekan dengan melemah sebesar 0,89%.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan bahwa pergerakan IHSG yang melesu saat ini tidak hanya dipengaruhi oleh seberapa besar nilai Initial Public Offering (IPO).

Adapun dia menilai ada pengaruh lain yang memberikan sentimen terhadap pergerakan IHSG terutama dari pengaruh eksternal.

"Pergerakan IHSG tidak hanya dipengaruhi seberapa besar nilai IPO, namun demikian masih banyak hal-hal yang mempengaruhi IHSG, di mana saat ini lebih berat dari eksternal seperti kebijakan moneter The Fed, nilai tukar Rupiah dan harga komoditas dunia," katanya saat ditanyai Bisnis, Senin (13/1/2025).

Selanjutnya, dia menilai bahwa dengan pengaruh tersebut maka investor juga akan tetap mencermati data yang ada. Dia melihat justru pemberat IHSG pada akhir-akhir ini datang dari IDX financial terutama perbankan.

Sementara itu, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy menjelaskan Bursa melihat terdapat tiga faktor yang menyebabkan IHSG masih bergerak lesu, di tengah suplai IPO jumbo yang mulai bermunculan.

"Pelemahan indeks terjadi di semua Bursa Asia Tenggara, kecuali Amerika Serikat dan China," kata Irvan, Senin (13/1/2025).

Sebagai informasi, berdasarkan data statistik harian BEI per 10 Januari 2025, pergerakan mayoritas indeks saham di Asia Tenggara memang mengalami pelemahan sejak awal tahun.

Strait Times Index STI Singapura misalnya, hanya menguat 0,37% sejak awal tahun 2025 ini. Sementara itu, IHSG tercatat menguat 0,13% sejak awal tahun, lebih kuat dibandingkan dengan empat negara lainnya di Asean.

Adapun indeks saham Asean dengan penurunan terdalam sejak awal tahun ini adalah FTSE Bursa Malaysia KLCI Index yang turun 2,43% sejak awal tahun.

Irvan melanjutkan, penyebab lain IHSG yang masih lesu juga dikarenakan nilai transaksi yang masih relatif kecil di awal tahun. Irvan menyebut hal ini juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.

Berdasarkan data statistik BEI, nilai transaksi harian Bursa sejak awal tahun tercatat belum pernah menyentuh angka Rp10 triliun. Nilai transaksi harian tertinggi Bursa dicatatkan pada Selasa, 7 Januari 2025 sebesar Rp9,54 triliun.

"Penyebab lainnya masih wait and see akan kebijakan tarif Donald Trump, yang saat ini masih belum tau arah dan dampak pastinya," tutur Irvan.

IHSG
IHSG

Sebagai infromasi, sejumlah IPO jumbo tercatat menghiasi Bursa sejak akhir tahun lalu. IPO jumbo tersebut mulai dari PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI), hingga PT Bangun Kosambi Sukses Tbk. (CBDK) yang melantai hari ini.

AADI tercatat meraup dana segar sebesar Rp4,3 triliun melalui IPO yang dilakukan pada awal Desember 2024.

Setelah AADI, pengelola jaringan ritel MR. DIY PT Daya Intiguna Yasa Tbk. (MDIY) juga mencetak IPO jumbo dengan nilai emisi Rp4,15 triliun.

Selanjutnya, emiten properti kongsi Aguan dan Grup Salim PT Bangun Kosambi Sukses Tbk. (CBDK) yang melantai hari ini juga mencetak nilai emisi jumbo. CBDK meraih dana segar sebesar Rp2,3 triliun dari IPO ini.

Selain IPO jumbo, salah satu IPO di awal tahun ini, yaitu PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU) juga menjadi salah satu IPO yang cukup menarik perhatian pelaku pasar. RATU merupakan perusahaan energi yang terafiliasi dengan pengusaha Hapsoro Sukmonohadi. RATU meraih dana segar sebesar Rp624,46 miliar melalui aksi IPO ini.

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper